Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Galau Level Dewa (Episode 18)

21 Mei 2019   06:45 Diperbarui: 21 Mei 2019   07:12 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catur mengambil handphone yang diberikan oleh ibunya, " Hallo,..Sudah mandi belum ?", Catur mengulang pertanyaan Ibunya.

"Sudah, tadi sebelum Shubuh."

"Ya, Sudah hati-hati ya, sampai nanti siang, Assalamualaikum." Kata Dessy

"Waalaikum salam."

Mereka meninggalkan rest area tepat pukul 08.30 WIB, perlahan Catur memacu kecepatan mobilnya,  sebelum kerumah untuk istirahat, Catur berkeliling membawa kedua orang tuanya melihat-lihat, Jungle Land Sentul dan Ah Pong, Cuma sekedar lewat karena memang belum buka.

Cahaya matahari masih menyengat di seantero Kota Bogor Selatan, entah berapa derajat, yang jelas begitu keluar dari mobil sangat terasa sekali, Catur sudah menyiapkan kamar untuk kedua orang tuanya, diangkatnya tas yang di bawa orang tuanya, di letakkanya didalam kamar, " Bapak sama Ibu istirahat saja dulu ya, kalau ada yang di perlukan bilang saja, diapun beranjak menuju kamarnya.


Catur masih bingung, pilihan yang sangat berat buat dia, andai dia belum bicara dan meminta cinta Dessy sudah dipastikan 100 % dia akan mengawini janda almarhum istri bos nya, tapi ini dia sudah bicara dan Dessy menerimanya dan besok adalah hari dimana bapak dan ibunya meminang Dessy.

Naluri seorang ayah tidak bisa di bohongi,terlihat ayah Catur keluar dari kamarnya setelah dia lihat istrinya mulai terpejam, dia ketuk perlahan kamar Catur, Catur berdiri membukakan pintu kamarnya, "Boleh bapak masuk ?" bergeser sedikit Catur mempersilahkan bapaknya masuk ke kamar, kemudian di rapatkanya kembali pintu kamarnya.

"Ada apa Catur, bapak melihat perbedaan sikapmu, atau bicaramu, kalau kemarin-kemarin kamu selalu ngomongin tentang Dessy, tapi beberapa hari ini tidak ada kabar itu bapak dengar, biasanya kamu nilpun bapak dan ceria menceritakan rencana- rencana kamu, tapi bapak liat tadi seperti ada sesuatu, apa kamu mau berbagi dengan bapak ?"

Catur tahu persis, dan ini sudah dia perkirakan, pasti bapaknya akan begini, bapaknya sangat peka, sejak Catur kecil bapaknya tahu persis apa yang terjadi sedikit saja kalau ada sikap Catur yang dilihat bapaknya lain.

Catur menceritakan semua kepada bapaknya, dari dia mengenal Dessy, sampai perjuangannya mendapatkan kata "Iya" dari Dessy, begitu juga saat di kenalkan dengan istri bosnya beberapa tahun lalu, Catur sempat menghayal andai istri bos itu jadi istrinya, dan dia ceritakan juga ke bapaknya bagaimana susahnya dia dulu menghilangkan kesukaanya terhadap istri bosnya, dia buang jauh-jauh hayalan itu, termasuk surat wasiat almarhum Bapak Markus Susilo, Bapaknya mendengarkan semua dengan seksama, tanpa di potongnya, dia hanya melihat bagaimana dalam beberapa bulan ini Catur bercerita dengan ceria dan semangatnya, sekarang dengan malas dan lesunya tak bersemangat, selesai semua perasaan gundah nya bukan hilang malah bertambah, sementara ayahnya tersenyum mendengarkan semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun