"Begini, besok bertepatan dengan selesainya masa iddah ibu, artinya sudah enam bulan bapak pergi, Ibu mau minta tolong besok dicarikan tukang yang bisa membuat permanen makamnya bapak, untuk batu nisannya ibu sudah punya model maunya seperti ini." Ibu berkata sambil menyerahkan sebuah gambar ke Catur dan Ilos.
" Nanti biaya semua ada di Ibu."
"Ia bu."
"Terus satu lagi almarhum bapak ada berwasiat kepada Ibu, setelah masa Iddah ibu, anak-anak, Pak Catur dan Ilos, kita berlima untuk melaksanakan umroh, semua biaya sudah disediakan almarhum bapak," Ibu bos menghentikan dulu ucapannya, menunggu reaksi Catur dan Ilos, karena tidak  ada reaksi Ibu bos melanjutkan bicaranya.
"Nanti Pak Catur coba cek untuk penyelenggara umroh yang ada di kota Bogor yang baik yang mana, kalau bisa yang jadwal berangkatnya tidak terlalu lama dari mendaftar, untuk yang ini ibu serahkan semua dengan Pak Catur, nanti biayanya Ibu transfer ke penyelenggara umrohnya." Lanjut Ibu bos.
"Kalau tidak ada lagi, Pak Ilos bisa tunggu di luar dulu, Ibu ada hal lain yang mau dibicarakan dengan pak Catur."
Ilos berdiri, di salaminya tangan Ibu bos, "Ibu, terima kasih Ibu, saya bermimpi saja untuk umroh tidak berani, apalagi ngomong saya mau umroh, sekali lagi terima kasih ibu." Kata Ilos sambil masih mencium tangan Ibu bos.
"Ini bukan dari Ibu, tapi amanah dari almarhum bapak, Ibu hanya menjalankan amanah saja, mohon nanti di sana banyak berdo`a buat almarhum Bapak ya," Pinta Ibu Bos.
"Atau saya ke kantor duluan bu, Â saya bawa motor sendiri." Mohon Ilos
"Oh, boleh juga."
"Pak Catur, pamit saya duluan." Kata Ilos