#copas
sebarin ah biar smpe ke pemkot n pemda..
Curhatan 3.
Begitulah cerita “curhatan” beberapa teman saya di akun media sosialnya tentang angkutan umum apalagi akhir-akhir ini marak sekali demo di berbagai kota yang dilakukan oleh sopir maupun pemilik angkutan umum karena ketidaksukaan mereka terhadap keberadaan angkutan online yang katanya mengurangi pendapatan mereka. Demo yang dilakukan pun bermacam-macam dari mulai demo secara damai maupun demo secara brutal sampai memakan korban padahal pengemudi angkutan online juga sama seperti mereka, sama-sama mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
Saya jadi teringat akan beberapa kejadian yang menimpa saya ketika menggunakan angkutan umum. Seperti dulu tahun 2002 saat pertama kali bertandang ke Jakarta dan saya tidak tahu angkutan apa yang harus saya pilih agar sampai tujuan. Akhirnya saya bertanya pada penumpang sebelah saya, jawabannya dia tidak tahu tapi saya disarankan ketika turun di terminal nanti untuk bertanya tapi jangan pada orang2 yang di dalam terminal, suka disesatin katanya jadi mending tanya sama orang-orang di luar terminal. Ketika sampai di terminal kemudian saya bergegas ke luar terminal dan bertanya pada beberapa orang dan untungnya saya diberitahun angkutan apa yang harus saya pilih untuk sampai tujuan dan alhamdulillah tidak tersesat dan sampai tujuan.
Beberapa kali juga kejadian kurang mengenakkan yang terjadi ketika saya naik angkutan umum. Dari mulai sopir yang ugal-ugalan, ngasih ongkos tapi gak ada kembalian, suara musik di angkutan yang terlalu kencang, ngerokok dan buang puntung rokok sembarangan sampai kurang sopan sama penumpang. Berdesak-desakan di dalam angkutan umum padahal jelas kapasitas angkutan sudah mencukupi. Begitu juga kejadian yang menimpa beberapa teman saya yang beberapa kali mengalami kecopetan di angkutan umum dan biasanya pencopet bekerja sama dengan sopir. Makanya kalau naik angkutan umum khususnya angkot saya selalu duduk dipinggir sopir, jarang duduk di belakang apalagi naik angkutan umum yang kosong penumpang.
Belum lagi berita-berita tentang kejadian yang menimpa penumpang lain dari sopir yang mabuk sehingga kadang menimbulkan kecelakaan, pelecehan seksual, pemerkosaan dan lain-lain yang membuat angkutan umum dinilai tak aman untuk dipergunakan sebagai transportasi sehari-hari. Lalu angkutan umum ketika BBM naik demo besar-besaran minta kenaikan tarif, tapi ketika BBM turun semua pemilik kendaraan maupun sopir diam dan tak ada yang berani menurunkan tarif angkutan.
Karena banyak peristiwa itu angkutan umum dinilai gak aman dan penumpang enggan naik kendaraan umum dan penumpang butuh kendaraan yang aman karena itulah di jaman teknologi yang sudah semakin canggih ini keberadaan angkutan umum online sangat dibutuhkan. Selain murah, faktor keamanan dan nyaman menjadi pilihan utama penumpang menggunakan angkutan online.
Meski saya tidak tinggal di kota besar dan di kota saya tidak ada angkutan umum berbasis online tapi saya sendiri sangat terbantu dengan keberadaan angkutan umum berbasis online. Saya yang sering ke Jakarta, Bekasi mauapun Bogor dan tak tahu jalan jadi sangat terbantu dengan keberadaan angkutan berbasis online. Saya tak perlu pusing naik turun kendaraan satu ke kendaraan yang lain jika harus naik angkutan umum hingga sampai lokasi yang dituju selain itu nyaman dan aman.
Perjalanan tengah malam pun pernah saya menggunakan angkutan berbasis online tanpa ada rasa takut dengan harga yang relatif terjangkau. Saya pernah naik taksi dari Plasa Senayan ke Stasiun Sudirman yang berjarak -+ 5km karena macet, maka otomatis argonya pun semakin tinggi. Saya harus bayar 50 ribu lebih. Bandingkan dengan ketika saya harus naik mobil angkutan berbasis online dari cikini ke Bekasi Timur tarifnya hanya 97 ribu itu juga sempat terjebak macet di daerah cawang.