Ragamu menghilang, rinduku menetapÂ
Cepatlah kembali untuk bertahan bersamakuÂ
Jika ada waktu, mari membahas padatnya kotaÂ
dalam satu tetesan hujan
Yang jatuh perlahan di jendela sore
Pernah kita bercerita tentang kota yang tak pernah tidurÂ
Tentang hujan yang jatuh seperti rahasia yang gugurÂ
Kini aku sendiri, berbincang dengan sepi
Menggenggam kenangan yang tak mau pergi
Bohong jika aku tidak merindukanmuÂ
Mengapa kamu tidak bisa sekali saja mengabaikan dunia?Â
Sekali saja, abaikan dunia dan lihat kebelakangÂ
Bukankah hatimu tahu di mana pulang?Â
Bukankah kita pernah menamai ini rumah?Â
Mengapa tidak ingin ambil kesempatan bersamaku lagi?
Jika lelah, beristirahatlah sejenakÂ
Aku akan bertahan untuk disayangiÂ
Kau bilang kita bagaikan matahari dan bulanÂ
Bukankah itu hal yang baik jika kita bersamaÂ
Berbeda waktu, tapi tak saling melupakanÂ
Memancarkan cahaya terang menembus gelap jalan yang kita pilih
Lihatlah langit saat senja menyalaÂ
Di sana ada kita, dalam cahaya yang samaÂ
Meski jarak memisahkan ragaÂ
Namamu masih kutulis di tiap doa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI