Mohon tunggu...
mira amelia
mira amelia Mohon Tunggu... mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada dunia kepenulisan. Melalui tulisan, saya ingin belajar menyampaikan informasi secara objektif, jelas, dan bermanfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Literasi Bukan Sekedar Membaca

15 Oktober 2025   19:46 Diperbarui: 15 Oktober 2025   19:46 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak orang masih memahami literasi hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, padahal maknanya jauh lebih luas dan mendalam dari itu. Literasi sebenarnya merupakan kemampuan seseorang dalam memahami, mengolah, serta menggunakan informasi untuk berpikir kritis dan mengambil keputusan secara tepat. Di tengah derasnya arus informasi digital yang semakin tak terbendung, kemampuan literasi menjadi benteng utama agar seseorang tidak mudah percaya pada berita palsu atau informasi yang menyesatkan. Oleh karena itu, membangun kebiasaan literasi sejak dini sangatlah penting agar generasi muda memiliki daya pikir yang tajam dan mampu menilai segala sesuatu dengan bijak.

Sayangnya, kebiasaan literasi masih sering dianggap hal yang sepele dan tidak mendesak. Banyak anak yang bisa membaca dengan lancar, tetapi belum tentu memahami makna dari setiap bacaan yang mereka lihat. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Padahal, upaya menumbuhkan literasi tidak selalu harus dimulai dari hal besar; bisa dengan kebiasaan sederhana seperti membaca bersama setiap malam, menulis catatan kecil tentang hal yang menarik, atau berdiskusi ringan mengenai isi buku yang baru dibaca. Dengan cara-cara sederhana seperti itu, rasa ingin tahu anak dapat tumbuh dan membentuk pola pikir yang kritis sekaligus reflektif.

Tanggung jawab dalam membangun budaya literasi sejatinya tidak hanya terletak di tangan guru atau pemerintah, melainkan menjadi kewajiban bersama seluruh lapisan masyarakat. Orang tua dapat memberi teladan dengan membiasakan membaca di rumah, guru dapat mengaitkan kegiatan literasi dengan pengalaman nyata siswa, dan media sosial dapat dimanfaatkan untuk berbagi bacaan yang bermanfaat. Ketika semua pihak berperan aktif, literasi akan berkembang menjadi budaya yang hidup dalam keseharian, bukan sekadar tuntutan akademis semata. Literasi sejati bukan hanya tentang seberapa banyak seseorang membaca, tetapi tentang bagaimana ia memahami makna, mengolahnya dengan pikiran, dan menerapkannya dalam kehidupan nyata untuk membawa perubahan yang positif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun