Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menghujat Korona

14 September 2020   16:13 Diperbarui: 14 September 2020   16:21 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ekonomi yang sedang menggeliat terhambat
Interaksi yang lagi hangat tersumbat
Kinerja berapi-api tiba-tiba mesti terhenti
Oh, Korona apa maksud sebenarnya kau ganggu kami?

Manusia sudah menjadi makhluk paling derita, kau tahu?
Sejak Adam dilempar dari Surga hingga holocaust di Perang Dunia
Dan, dengan dingin tanpa unggah-ungguh basa
Kau pun datang sonder nurani

Ah iya, mana ada kau punya hal itu
Seperti hiu yang mencoba memangsa Marlin milik Santiago*
Bisa jadi kau hanya mampir
Puaskan hobi untuk kurangi populasi

Namun ingat Korona
Dengar baik-baik kalau kau punya telinga!
Bacalah sejarah kalau kau punya mata!
Kau itu bukan yang pertama
 
Saudara-saudaramu yang lebih hebat:  
Wabah Maut Hitam, Flu Spanyol, SARS, Pes, sampai Ebola
Sudah mencoba berabad dan berdekade sebelumnya
Hancurkan peradaban manusia
 
Toh, ternyata mereka akhirnya lari
Dan kami tetap kokoh berdiri di setiap masa
Lintasi peristiwa paling bencana
Lewati nyeri paling tragedi

Jadi, tak perlu kau jumawa
Kau tak ada kemampuan yang kami punya
Yang bisa mengubah lara menjadi asa
Yang bisa wujudkan asa sebagai tindakan nyata

Keberadaan kau
Malah membuat kami semakin bersama
Melupakan sekat-sekat entis dan agama
Kalau sudah begini, ini masalah waktu saja
 
Kau (pasti) segera sirna
Enyah kau, Korona!
 
Sukabumi, Juli-Agustus 2020 
Sumber image: www.athensinsider.com/antonis nikolopoulou


*Tokoh dalam novel Ernest Hemingway, Lelaki Tua dan Laut. Hiu di dalam novel tersebut mencabik-cabik ikan Marlin yang telah didadapatkan Santiago dengan susah payah bahkan bertaruh nyawa.

Meski begitu, Santiago tidak membenci hiu-hiu itu. Karena menurutnya, mereka cuma buat mengikuti nalurinya untuk bertahan hidup. Malah Santiago balik bertanya pada dirinya, mungkin ia yang jahat karena menghalangi hiu-hiu untuk mendapat makanannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun