Mohon tunggu...
Dian Minnie
Dian Minnie Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen - Pengacara - Conten Creator - Coppy Writing - Bisnis Owner

Suka bepergian dan menikmati hidup

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pengalaman "Resign" Sebelum Mendapat Pekerjaan Pengganti

8 Juli 2018   15:47 Diperbarui: 10 Juli 2018   08:38 17132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang sebelum resign sudah ada yang melirik saya, tetapi dengan berbagai pertimbangan saya putuskan untuk tidak mengambil kesempatan tersebut. Saya tidak ingin timbul prasangka ada kemelut atau politik di tempat kerja sebelumnya sehingga memilih tempat lain dengan tawaran posisi dan keahlian yang sama. 

Beberapa kali resign, saya mempunyai prinsip bahwa tidak akan masuk ke lingkungan yang sama dengan lingkungan kerja sebelumnya.

Misalnya saya resign dari pabrik, maka saya tidak akan menerima tawaran kerja atau melamar di pabrik lagi dengan posisi yang sama. Saya selalu berprinsip, jangan pernah mau punya pekerjaan yang sama selama mungkin. Harus ada peningkatan dan perkaya skill, cari peluang meskipun harus loncat keluar.

Beberapa kali resign sebelum punya pekerjaan pengganti membuat saya sangat paham beberapa hal ini:

1. Setiap keputusan sudah mengalami pertimbangan yang panjang. Meski diragukan, saya merasa perlu mengapresiasi keputusan ini

Hanya saya yang tahu kegalauan apa yang diri ini alami setiap kali pulang ke rumah dengan tubuh lelah. Hanya saya yang tahu bagaimana akhir pekan menjadi penghiburan yang terindah setelah enam hari mengalami tekanan. 

Hanya saya yang tahu situasi yang saya rasakan di tempat kerja, dan hanya Saya yang tahu, berapa lama batin saya bergolak, bertanya pada diri sendiri benarkah keputusan yang saya ambil ini.

Biar saja orang bilang saya sembrono, gegabah, pongah dan sombong. Satu yang saya tahu, keputusan ini diambil bukan tanpa pertimbangan atau pergulatan atas segala kebimbangan. Karena itu, saya merasa perlu untuk mengapresiasi diri sendiri (lebih tepatnya menghibur diri dan membela diri). 

Butuh keberanian besar untuk mengantarkan surat resign ke meja atasan. Apalagi jika atasan kita itu sangat sangat baik dan loyal terhadap kita sebagai bawahannya.

2. Saya memang harus berpikir "Mau apa sekarang" setiap pagi

Lalu apakah hidup saya damai-damai saja setelah berganti status sebagai "pengacara" alias pengangguran tanpa acara? Jelas tidak. Saya masih harus menjawab pertanyaan maha sulit "sekarang dimana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun