Mohon tunggu...
Min Adadiyah
Min Adadiyah Mohon Tunggu... Ahli Gizi - nakes ahli gizi, pembelajar manajemen abadi

Penata Impian (karena yakin Sang Maha selalu realisasikan impian kita)

Selanjutnya

Tutup

Roman

Mekar seperti Matahari-7

15 Juli 2023   09:26 Diperbarui: 15 Juli 2023   09:31 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Wina, beberapa dekade lalu. 

Beberapa hari ini aku mulai stalking dia. Aku benar-benar tidak bisa mengenali  orang  ini dari sosial media. Aku jadi semakin bertanya-tanya. Bagaimana mungkin orang sepenting yang digambarkan Genda tapi tidak ada profilnya sama sekali. Memangnya dia benar-benar rapi menyembunyikan diri? Atau justru  para bodyguard nya berhasil mengcover semua kegiatannya dan menghiddenkannya? 

Satu-satunya yang aku  miliki adalah naskah yang dia minta aku untuk menterjemahkan. Namun, naskah itupun membuat aku bertanya-tanya. Siapa sebenarnya orang ini? 

"Ini naskah yang sudah selesai saya terjemahkan Pak." ujarku sambil menyodorkan flashdisk perak ke arahnya. Tadi pagi dia memberikannya padaku. 

"Oke. Trims ya." jawabnya pendek. Dia kembali menekuri laptop nya. Aku masih berdiri di depannya hingga beberapa saat lamanya. 

"Kenapa?" tanyanya setelah beberapa saat. "Oh, harusnya ada tips ya. Sorry." ujarnya sambil tangannya mencoba menggeragap ke saku jaketnya. Wajahku memerah panas. 


"Maaf, bukan Pak. " sahutku cepat-cepat. "Cuma, tadi Bapak bilang masih ada satu file lagi yang harus saya translate. Saya kira Bapak baru mencarikan filenya."

Dia tersenyum lebar. Lesung pipitnya berdekik dalam ketika mentertawakan salah sangkanya. 

"Sorry. Saya malah lupa kalo sudah menyampaikan itu. Sebentar ya, masih ada yang harus saya finishing. Nanti tolong sebelum makan malam kamu temui saya lagi." ujarnya setelah beberapa saat. Aku mengangguk, dan entah kenapa saat itu aku merasa bahwa fiks Genda salah orang. Dia sama sekali tidak seperti yang Genda sebutkan. Masak orang seperti ini adalah salah satu putra mahkota? Tidak tercermin sama sekali. 

Dia seperti orang kebanyakan. Manusia biasa. 

***

"Kamu sudah ketemu dia?" chat Genda malam itu. 

"Sudah." jawabku pendek. 

"Jangan lepasakan pengawasan."

Aku tertawa membaca chat Genda. 

Suaraku rupanya terdengar oleh Lyla. Dia baru saja masuk kamar sekitar 10 menit lalu dan  kali ini keluar dari kamar mandi dengna rambut yang masih basah. 

"Ngetawain apa?" tanyanya. 

Aku menggeleng. Bukan urusan Lyla. 

"Kamu dah makan?" tanyaku. Lyla menggeleng. 

"Belum. Rasanya perutku masih penuh. Kamu hari ini bisa dapat artikel seputar rokok dan filantropi gak ya?" 

Pertanyaannya membuatku berhenti dari pandanganku ke arah laptop. Apakah ini suatu kebetulan? Sebab, aku menemukan hal itu di file translateku. Haruskah aku jujur? Atau ini bagian dari yang harus kusembunyikan darinya? 

"Artikel apa tu maksudnya? Adakah spesifikasi khusus?" tanyaku. Aku rasa pertanyaanku sudah sangat halus. 

'Nggak. Gak harus yang khusus sih. Aku sengaja mendaftar menjadi LO di acara ini karena agenda pokokku adalah mencoba menggali potensi CSR perusahaan kelas dunia yang industri terbesarnya di bisnis ini. Jadi, asal ada kaitannya, pasti akan aku ambil." jawabnya. 

Saat itu aku baru benar-benar tersadar bahwa pemahamanku selama ini  bisa jadi benar-benar salah. 

"Lyla. Aku kepengen tahu deh, selama ini sebenarnya kamu tinggal di mana?" ujarku pelan-pelan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun