Mohon tunggu...
Min Adadiyah
Min Adadiyah Mohon Tunggu... Ahli Gizi - nakes ahli gizi, pembelajar manajemen abadi

Penata Impian (karena yakin Sang Maha selalu realisasikan impian kita)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa Ibu

24 Desember 2020   09:10 Diperbarui: 24 Desember 2020   09:10 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang ini Rita mendapatkan beberapa ucapan selamat dari kolega dan anak-anaknya. Berkaitan dengan hari ibu. Tanggal 22 Desember. Berbagi kata puitis juga berseliweran di beberapa grup sosmed nya. Semua ini mengingatkannya  bahwa kini dirinya memang benar-benar telah menjadi ibu. 

Bukan tanpa sadar sebenarnya, karena sebenarnya ini adalah tahun ke 21 Rita menjadi ibu. Anak sulungnya yang tahun ini berusia 21 tahun menjadi penanda bahwa selama itu pula Rita telah menjadi ibu. Rasanya masih belum lupa bagaimana menjadi anak TK, anak SD, anak SMP dst dibawah bimbingan mama Ratna, ibunya,   dan kini telah banyak pula yang turut  memanggilnya mama Rita.  Rita masih ingat betul kenangan saat mama Ratna mengantarnya hingga ke depan pintu  kelas nya di TK  dan tidak buru-buru meninggalkan hingga Rita kecil benar-benar nyaman bersama ibu guru. Mama Ratna selalu mengandalkan doa untuk mendampingi anak-anaknya. 

Kini di usianya yang 46 tahun, teman-teman Giza dan Gaidha banyak pula yang ikut memanggilnya dengan mama Rita. Rita sudah berusaha mengikuti teori untuk bisa akrab dengan anak-anak, untuk tidak menghakimi saat perilaku mereka tidak cocok dengan apa yang Rita mau, tapi  tak selamanya mudah. Kadang-kadang  ada saja sikap Giza dan Gaidha yang kurang sreg di pikirannya.

Rita yakin, kalau mengenai teori, jumlah buku dan artikel mengenai pendidikan anak yang dibacanya sejak masih belum menikah dulu jauh lebih banyak dibanding dengan apa yang mama Ratna baca. Bahkan,  berbagai diskusi untuk  praktik mendidik anak yang dilakukan bersama mas  Emir suaminya juga tak kalah banyaknya. Namun, entah kenapa masih juga menemukan hal-hal yang tak selalu cocok dengan teori. Contohnya momen kali ini. 

Sejak dua bulan lalu, Giza minta ijin untuk mencalonkan diri jadi wakil ketua himpunan di jurusannya, berpasangan dengan Arga. Rita dan mas Emir sudah mengijinkan dengan berbagai pertimbangan, termasuk untuk proses  pendewasaan Giza. Namun, dalam praktiknya ada saja yang menurut Rita tidak selalu cocok dengan apa yang Rita mau. Salah satunya ketika, dalam musim Pandemi kali ini Giza harus beberapa kali ke kampus untuk rapat. Giza menyodorkan timeline  yang telah disusun tim sukses selama dua pekan. 

Ada perasaan kuatir akan aktivitas Gizi di kampus. Apalagi Yogya diinformasikan sebagai zona merah. 

"Ma, ini area kampus Giza bukan zona merah kok ma, lagian Giza janji tetap jaga jarak dan pake masker. Aman ma."ujar Giza meyakinkan sambil screenshoot peta Covid 19 area kampusnya. Rita masih belum yakin, googling situasi di sekitar kampus Giza. Dan akhirnya melepas Giza berangkat ke kampus dengan banyak-banyak berdoa. Belum yakin akan situasi aman, tapi tidak tega kalo Giza nanti mendapat komplain dari tim suksesnya. 

Belum lagi ketika mas Emir  mengeluhkan Giza yang belum tidur jam 11 malam. Masih rapat online dengan tim nya. Atau ketika Giza berkegiatan dari pagi sampai sore. Pulang sampai rumah, hanya sempat mandi lalu kembali rapat online lagi. Makan malam sambil masih ada headphone di telinganya. Rita merasa harus mengkomunikasikan ini dengan Giza. 

"Kak, kok kakak jadi sibuk sekali. Gak ada waktu untuk kakak sendiri. Kakak gak capek emangnya?"tanya Rita membuka pembicaraan. Berusaha sabar meski sebenarnya nada nya sudah mulai ketus. 

"Capek ma, tapi kakak punya prinsip, apa yang sudah kakak mulai, kakak harus selesaikan. Kakak dan Arga serta tim sukses punya visi  untuk melakukan yang lebih baik dari kepengurusan sebelumnya. Akan ada banyak orang yang terbantu ma."jawabnya yakin. 

Duh, Rita gak yakin harus mengeluh atau bersyukur. Dari siapa sikap itu menurun? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun