Ya Habibi. Lihat mutiara mutiara ini. Dia putih berkilauan. Bersih tanpa noda. Aku beruntung mendapatkannya. Senja bilang kepadaku kemarin, dia juga akan menanamkan aku sekuntum anggrek di kedalaman peluknya.
Dia geming. Matanya menyipit menatap mentari yang hibuk meneduhkan bara di tungku tungku perapian.
Kau tahu, ya Habibi. Anggrek itu akan diberikan kepadaku setelah ia tumbuh subur. Senja akan memberikannya cuma cuma. Hebat bukan?
Lalu dia berkata kata panjang. Ah tidak. Tidak! Dia berkata kata sangat pendek.Â
Ah entahlah....
Ya Humairah. Dengarkanlah. Senja itu bukan dia. Senja itu bukan dia yang memberikanmu mutiara mutiara dan anggrek. Senja itu adalah kamu, ya Humairah. Senja itu ialah kamu yang bersinar keemasan. Senja itu adalah kamu yang cerah seceria manik manik kilauan permata. Senja itu adalah kamu lukisan  abadi yang diciptakan Tuhan. Lukisan paling mahal dengan sinar keperakan. Kadang jingga keunguan. Terkadang merah saga keputihan. Kau tanpa terka menjadi hamba  Tuhan untuk bisa kugenggam. Kau cinderamata titipan Tuhan agar bisa kujaga. Kucintai sepanjang masa.
Hanya untukmu seorang.
12 Mei 2019