Masih Umi ingat. Sepuluh tahun lalu. Ketika tangan kecilmu bergelayut manja. Umi, Dede Bila mau itu. Mata kecilmu menatap umi dengan penuh harap. Binar binar kasih kau layangkan lewat celah retinamu. Umi mengiyakan permintaanmu.
Masih umi ingat. Sepuluh tahun yang lalu. Ketika kau dengan gagahnya memakai seragam karate. Dengan sabuk birumu. Kau begitu bagga. Mengikuti ujian di gedung pertanian Jakarta Selatan. Bersama kawan kawanmu. Dan kau katakan. Nanti kalau sudah besar, Dede Bila yang akan jagain Umi. Kepalamu tak segan segan menempel di lengan kanan Umi. Haru rasanya.Â
Kau dua kali naik tingkat lebih cepat dibanding kawan kawanmu. Jadilah wanita hebat anakku. Wanita pilihan yang akan meneruskan generasi sekarang. Wanita sejati yang akan membaktikan diri kepada keluarga dan ibu pertiwi. Bukan karena fisikmu, bukan. Bukan karena kuat ragamu. Bukan. Tapi karena hatimu yang harus kuat. Kau jaga. Kau didik dengan baik dan benar. Di atas Quran dan Sunnah.
Jangan pernah berhenti, Nak. Untuk menabur benih kebaikan. Jangan pernah berhenti, Nak. Untuk menggapai cita cita. Jangan pernah berhenti, Nak, untuk belajar dan terus belajar. Mencintai sesama, menyayangi sesama.Â
Kau satu satunya bidadari kecil umi. Tetaplah ceria. Tetaplah bersahaja. Tetaplah tersenyum. Dan jangan pernah lupakan Tuhan mu.
15 April 2019