Matahari memintal dirinya sendiri. Sementara langit makin biru dengan panorama indahnya. Sudahkah siang ini keningmu menapaki sajadah?Â
Lalu aku mengambil cemeti. Melukai hasad dan mengembalikan ranah yang tak seharusnya duduk di beranda. Nay, doamu menerbangkan kelopak kelopak asa. Lihat ia bersayap menuju langit ke tujuh.Â
Kemudian dia menunggu. Nay, dengan senyumnya, seluruh hatinya terpaku. Memindai angin. Dengan sekujur jari telunjuknya. Kapan ibu membawanya sekotak makanan. Tolong angin. Segerakan ibu mengunjungiku.
Ciputat, 24 Oktober  2018
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!