Malam ini letihku merajam. Pada sebilah marwah kuletakkan hati untuk sementara rebah di pundakmu. Sudah kubenamkan segenap rasa. Untukmu, Dear.
Dan pada hitungan angka kesekian. Aku terlelap. Entah, apakah itu karena kantuk yang mendera. Atau karena letih memupuk. Setelah tersadar, bohlam dengan pijarnya membangunkan pelupuk. Terang yang benderang.
Lapisan malam sudah lekat, Dear. Lihat, Kerlip bintang tergugu saja. Tak ada apapun selain pekat dan riuh para tetangga bersorak. Kita hanya mendapatkan bola mata yang merajuk. Biar saja hingar bingar di gendang telinga kita.Â
Kutitipkan doa. Kutiupkan seluruh nafas. Kepada cinta yang agung. Untuk bisa kita luruskan kembali. Esok, mari kita lanjutkan. Memintal matahari. Untuk kita letakkan kepada hari yang baik.
Ciputat, 17 Oktober 2018