Mohon tunggu...
Mimpin Sembiring
Mimpin Sembiring Mohon Tunggu... Dosen Psikologi pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura Delitua Medan

Suka belajar dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Neurosince di Balik Kecemasan Seminar Proposal: Ini Solusinya!

18 Februari 2025   08:32 Diperbarui: 18 Februari 2025   08:32 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sempro: Engel Sijabat. Sumber: Yogi-STP

Neuroscience di Balik Kecemasan Seminar Proposal: Ini Solusinya!

Seminar proposal skripsi. Tiga kata yang bisa bikin jantung mahasiswa berdebar lebih kencang dari drum konser rock. Keringat dingin? Sudah pasti. Tangan gemetar? Hampir pasti. Pikiran tiba-tiba kosong? Wah, ini yang paling sering. Tapi kenapa, sih, hal sesederhana berbicara di depan dosen bisa begitu menakutkan? Mari kita ngobrol santai soal ini, pakai sudut pandang neuroscience, biar keren sedikit.

Mengapa Seminar Proposal Bisa Bikin Cemas?

Bayangkan begini: otakmu itu punya satu bagian kecil namanya amigdala. Tugasnya? Mendeteksi bahaya. Seminar proposal? Amigdala langsung angkat alarm! "Bahaya! Ada evaluasi! Ada pertanyaan menjebak!" Akibatnya, tubuhmu kebanjiran hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, bikin napas pendek, otot tegang, dan pikiran berantakan.

Masalahnya, prefrontal cortex—bagian otak yang bertugas menjaga logika tetap waras—sering kali ikut panik. Saat kortisol tinggi, bagian ini malah melempem. Hasilnya? Ide-ide brilian yang sudah disiapkan semalaman mendadak menguap entah ke mana.

Dampak Kecemasan pada Kinerja

Ketika kecemasan meningkat, otak kehilangan fokus. Ini bukan mitos, tapi fakta ilmiah. Kortisol yang berlebihan bisa bikin hippocampus—gudang penyimpanan memori—ngadat. Makanya, mahasiswa yang tadinya penuh percaya diri bisa tiba-tiba gagap saat harus menjawab pertanyaan dosen.

Tanda-tanda klasiknya?

  • Kata-kata seperti ngumpet entah di mana.
  • Pikiran kosong seperti layar komputer yang nge-hang.
  • Tubuh bereaksi seakan ada di medan perang: gemetar, keringat dingin, dan suara bergetar.

Strategi Neuroscience untuk Menjinakkan Kecemasan

Sempro: Natanael Nilikmo Logo Sumber: Yogi-STP
Sempro: Natanael Nilikmo Logo Sumber: Yogi-STP

Tapi tenang, semua ada solusinya. Neuroscience nggak cuma menjelaskan masalah, tapi juga kasih jalan keluarnya. Coba beberapa trik ini:

1. Tarik Napas, Jangan Lupa Hembuskan

Latihan pernapasan dalam itu ibarat remote control buat sistem sarafmu. Napas pelan dan dalam bisa menyalakan mode "tenang" di tubuh, bikin amigdala berhenti panik, dan mengaktifkan sistem saraf parasimpatik.

2. Mainkan Film Positif di Otakmu

Otak itu nggak bisa bedain mana yang nyata dan mana yang cuma khayalan. Jadi, coba latih diri untuk membayangkan sukses saat seminar. Visualisasi ini akan menipu otak agar lebih percaya diri saat hari H.

3. Gerakkan Badan, Bakar Stres

Sebelum masuk ruang seminar, coba jalan kaki sebentar atau lakukan stretching ringan. Olahraga bisa menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan endorfin, hormon bahagia yang bisa bikin kamu lebih rileks.

4. Jangan Cuma Ngafal, Latihan Juga Penting

Simulasi presentasi adalah kunci. Semakin sering kamu latihan, semakin kuat "memori otot" di otakmu. Ini yang bikin kamu tetap lancar berbicara meskipun gugup.

Kesimpulan: Jadikan Kecemasan sebagai Kawan

Seminar proposal itu ujian akademik, tapi juga ajang pembuktian. Kecemasan memang wajar, tapi jangan biarkan dia menguasai panggung. Dengan trik-trik sederhana berbasis neuroscience, kamu bisa menjinakkan ketakutan dan tampil lebih percaya diri. Ingat, yang dinilai bukan cuma isi skripsi, tapi juga keberanianmu menghadapi tantangan. Jadi, anggap saja ini latihan sebelum menghadapi dunia nyata! Semangat!

Sempro: Engel Sijabat. Sumber: Yogi-STP
Sempro: Engel Sijabat. Sumber: Yogi-STP

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun