Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ada Apa Dibalik Ketidaktegasan Menhub terhadap Tragedi Delay?

22 Februari 2015   05:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:43 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia penerbangan negeri ini mengalami turbulensi yang luarbiasa dalam 10 tahun terakhir ini menyusul dikembangkannya  penerbangan low cost yang membuat setiap warga bangsa ini dengan mudah bisa menjadikan pesawat udara sebagai bagian dari media transportasinya.

Dan sebagai anak bangsa yang seringkali menggunakan pesawat udara sebagai sarana transportasi kalau bepergian ke Ibukota Jakarta, saya secara jujur jarang menggunakan transportasi penerbangan low cost ini dengan alasan saya takut ketinggian.

Dan tak heran bila dalam penerbangan udara Pangkalpinang Bangka Belitung menuju Jakarta yang jarak tempuhnya hanya dalam 45 hingga 60 menit, saya baru bisa menikmati penerbangan sesaat air crew mengumumkan bahwa pesawat dalam waktu 15 menit akan mendarat di bandara tujuan.

Rasa ketakutan akan ketinggian membuat saya beberapakali harus membatalkan penerbangan saat tiket yang saya beli harus saya batalkan karena airline yang akan saya naiki itu bukan airline milik BUMN dan anak Garuda.

Namun bukan berarti saya tak pernah menaiki pesawat Lion Air. Pernah. Dan karena jarak tempuh Pangkalpinang menuju Jakarta dekat dan saya berangkatnya berkelompk bersama teman-teman, maka rasa takut akan ketingian itu berkurang.

Sebagai pengguna jasa penerbangan saya sungguh berharap kepada pengguna jasa trasportasi ini untuk tidak menjadikan tiket murah sebagai alasan untuk menggunakan pesawat dalam bepergian. Apalagi dalam kondisi yang memaksa kita untuk cepat datang ke daerah tujuan karena ada sesuatu pekerjaan atau urusan keluarga yang penting.

Walaupun tiket murah bukanlah berarti keselamatan dan keamanan penerbangan tidak terjamin, namun penyakit lama delay dari airline kadang membuat kita harus menanggung kerugian yang lebih besar dari  produk tiket murah itu. Apalagi untuk beberapa airline delay seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari operasional operator penerbangan.

Anehnya Kementrian Perhubungan justru hanya  dan baru mengambil tindakan kepada airlines disaat delay telah dibollow up oleh media massa sedemikian rupa. Padahal tragedi delay adalah bagian sehari-hari dari airlines yang terlepas dari penglihatan kacamata Kementrian Perhubungan.

Dan makin anehnya sanksi yang diberikan Kementrian Perhubungan hanya berupa teguran dan hanya teguran saja tanpa mampu memberi sanksi yang mencerdaskan buat airline sebagai bagian dari perbaikan pelayanan airline kepada penggunanya yakni masyarakat.

Tampaknya ketika kementrian perhubungan sebagai regulator dunia penerbangan negeri ini tak mampu brsikap tegas tanpa pandang bulu kepada semua maskapai, maka penyakit delay adalah bagian yang harus dinikmati para pengguna jasa penerbangan kita.

Yang menjadi pertanyaan kita selama ini adalah kenapa kementrian Perhubungan tak berani bertindak tegas kepada airlines yang sering delay? Tampaknya hanya Pak Jonan  yang bisa menjawabnya dengan ketegasannya yang selama ini menjadi ciri khasnya saat menjadi Pemimpin KAI sehingga mendapat pujian dari publik yang puas dengan kinerjanya saat memimpin  PT.KAI. Salam Junjung Besaoh...(Rusmin)

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun