Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelaki Perindu Lailatul Qadar

6 Mei 2021   04:06 Diperbarui: 6 Mei 2021   20:11 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Aku terlalu banyak dosa. Seluruh tubuhku dilumuri dosa. Sudah saatnya aku membersihkan diri. Memohon ampunan kepada Allah, Sang Maha Pencipta," ujarnya lirih kepada teman-temannya. Mendengar ungkapan hati Matjago, para temannya hanya terdiam. Angin pun sejenak tak berdesis. Seolah khusuk ikut bertasbih.

Terlintas dalam pikirannya untuk ikut itiqaf  di masjid pada malam-malam ganjil disepuluh malam terakhir Bulan ramadan. Siapa tahu mukzizat datang kepadanya sehingga bisa bertemu dengan malam Lailatul qadar sebagaimana yang dijelaskan Pak Ustad Kampung kepadanya.

" Matjago itu telalu mengada-ada. Mana mungkin dia bisa bertemu dengan malam lailatul qadar. Para ulama dan Kyai hebat saja belum tentu bisa bertemu dengan malam seribu bulan itu,"kata seorang temannya.

" Kalau Allah menghendaki, semuanya bisa saja terjadi," bela seorang temannya yang lain.

" Yang pasti, aku mendukung langkah Matjago untuk mengejar malam Lailatul qadar. Kalau perlu kita ikut juga bersamanya. Itiqaf di masjid pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir," ujar seorang temannya yang lain.

Usai sholat tarawih, beberapa jemaah masjid tak pulang ke rumah. Termasuk Matjago. Dia mengambil posisi berdiam diri di salah satu sudut masjid biar tak membuat jemaah lainnya pangling. Badannya disandarkannya ke dinding masjid. Dia bertahan di masjid untuk melakukan Itiqaf. Apalagi malam ini adalah malam ganjil pada sepuluh malam terakhir dimana sebagaimana disampaikan Pak Ustad bahwa Lailatul qadar akan datang pada malam-malam ganjil itu.

Semakin malam, jumlah jemaah yang datang ke masjid semakin ramai. Ada yang membaca Al-Qura. Ada yang melaksanakan sholat Sunnah. Dan ada pula yang berzikir. Sementara Matjago tampak khusuk berzikir. Airmata mengalir dari kelopak matanya hingga menetes ke sajadah masjid dan merembes hingga ke lantai masjid.

Azan subuh sudah berkumamdang dengan merdunya. Para jemaah sudah mulai bersiap. Shaf-shaf mulai terajut dengan rapi. Matjago masih berdiam diri di salah satu sudut masjid. Seorang jemaah memberitahukan kepada Pak Ustad bahwa masih ada jemaah yang belum ikut dalam barisan shaff sholat.

Pak Ustad melihat ke arah dimana Matjago masih berdiam diri. Lalu Pak Ustad mendatanginya. Pak Ustad lalu memegang pundak Matjago sembari mengajaknya untuk sholat. Dan secara tiba-tiba, tubuh Matjago rubuh. Seketika suara sakral pun bergema.

" Innalillahi Wainnalillahi Rojiun," ujar para jemaah secara bersamaan. 

Sementara diluar masjid, sejuta kunang-kunang berarak. Cahaya purnama malam sangat indah. Jagad raya tampak khusuk berzikir dalam diamnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun