Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mendadak Kaya

5 Mei 2021   03:34 Diperbarui: 5 Mei 2021   18:38 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi www.kartunesia.com

cerpen : Mendadak Kaya

Matliluk menyeruput kopi digelas hingga tandas. Pintu rumah ditutupnya dengan keras. Darrr. Lelaki setengah baya itu meninggalkan rumahnya. Suara azan Magrib bergema dari corong pengeras suara Masjid. Suara Azan sungguh merdu. Mensakralkan alam. Lelaki setengah baya itu melangkah berlawanan arah dari suara azan yang bergema lewat pengeras suara masjid. lalu menghilang.

Sudah hampir seminggu ini, Matliluk selalu keluar rumah saat suara Azan magrib berkumandang. Langkah kaki mengarahkannya ke sebuah pekuburan yang terletak diujung Kampung. Sebuah pekuburan tua yang hanya berisikan dua makam. Pekuburan itu dikenal amat angker. Jarang sekali ada orang datang ke sana untuk berziarah. Apalagi pada waktu malam hari. Ada kesan mistis yang membuat bulu kuduk berdiri. Sementara jalan menuju pekuburan itu terkenal dengan semak belukarnya dan dipenuhi binatang buas.

Matliluk akhirnya tiba di pekuburan tua itu. Sebuah makam yang berada di bawa sebuah pohon besar menjadi pilihannya. Matliluk duduk bersilah di depan makam itu. Mulutnya komat-kamit. Suaranya berdesis bak angin. Tak jelas apa yang diucapkannya. Tak jelas pula, bahasa apa yang dinarasikannya. Sekelebat, bayangan putih muncul dihadapannya. Mulut Matliluk masih berkomat-kami hingga secara tiba-tiba bayangan putih itu menghilang dari pandangan matanya. Sementara rembulan malam, cahayanya makin membangkrut. 

Warga kampung gempar. Matliluk tiba-tiba menjadi kaya raya. Rumah lelaki setengah baya yang hanya bekerja serabutan itu, tiba-tiba didatangi berbagai macam mobil untuk mengantar barang. Mulai dari truk hingga mobil berjenis pick-up. Mobil-mobil itu membawa muatan kursi jati hingga kulkas empat pintu merk terkenal. Tak hanya perabotan rumah, sebuah agen sepeda motor mengirimkan sebuah motor matic terbaru ke rumah lelaki setengah baya itu.

" Tak kusangka sama sekali, ternyata Matliluk memiliki banyak tabungan," ujar seorang warga saat mereka berkumpul di Pos Ronda.

" Sekarang baru diambilnya dari bank untuk dibelikan perabotan rumahnya," sambung yang lain.

" Kalau aku sih tak percaya kalau Matliluk punya tabungan banyak," celetuk yang lain.

" Buktinya. Sekarang apa saja ada di rumah Matliluk. Bahkan saya percaya, kalau bintang dilangit dijual di pasar, pasti akan dibeli Matliluk," jawab seorang warga lainnya.

Semenjak di kenal sebagai orang kaya di kampungnya, perilaku Matliluk menjadi aneh. Lelaki setengah baya itu jarang berbicara dengan para warga kampung.  Tak pernah lagi berkumpul dengan para tetangganya. Tak pernah lagi datang ke hajatan warga. Apalagi sholat berjemaah di masjid. Tak pernah sama sekali. Sementara, pintu dan jendela rumahnya selalu tertutup sejak pagi hingga tengah malam. Kalau pun terbuka, hanya pada waktu tertentu saja. Pernah pada suatu malam, seorang peronda melihat pintu dan jendela rumah Matliluk terbuka saat tengah malam pada malam jumat kliwon. Saat peronda itu baru mendekati halaman rumahnya yang sunyi itu, tiba-tiba ada seekor babi yang sudah berada di depannya. Melihat babi itu, peronda tersebut langsung ngacir. 

Perilaku aneh Matliluk tentu saja menjadi pembicaraan di ruang publik warga kampung. Sebagai warga Kampung mereka merasa ada sesuatu yang aneh dari perilaku Matliluk selama ini yang biasanya sangat ramah dan selalu senyum saat bertemu warga. 

" Semenjak jadi orang kaya, Matliluk tidak pernah lagi berkumpul bersama warga," kata seorang warga kampung.

' Biasalah. Tabiat orang kalau sudah kaya," jawab seorang warga.

" Banyak kok orang kaya di kampung ini, tapi perilakunya tak seperti Matliluk. Mereka biasa-biasa saja. Tak mengesankan diri sebagai orang kaya," sambung yang lain.

Sudah hampir seminggu ini, warga kampung mencium bau yang tak sedap. Dan bau yang menyengat hidung itu berasal dari rumah Matliluk. Warga kampung yang melewati rumahnya saat pulang tarawih di Masjid, selalu mencium bau yang tak sedap dari arah rumah itu. Dan para warga pun akhirnya  melaporkan kepada Pak Kades terkait kondisi bau tak sedap yang berasal dari rumah Matliluk yang sangat menyengat hidung mereka. 

Berdasarkan kesepakatan para warga kampung , akhirnya Pak Kades bersama beberapa warga mendatangi rumah Matliluk. Rumah itu terlihat sepi. Hening. Tak ada sama sekali aktivitas di rumah itu. Tak ada penerangan di luar rumah. Gelap gulita.  Beberapa kali ketukan dipintu tak terjawab. Sementara aroma tak sedap makin kencang menerpa hidung Pak Kades dan Rombomgan.

Akhirnya dengan kesepakatan bersama pula, Pak Kades memerintahkan beberapa hansip untuk mendobrak pintu rumah Matliluk. Dan betapa kagetnya warga saat pintu rumah terbuka, mereka melihat tubuh seorang manusia yang tinggal tengkorak tergeletak dilantai rumah. Sementara di dekat tengkorak itu tampak beberapa ekor babi sedang tertidur pulas.

Toboali, ramadan hari ke-23/5 Mei 2021

Salam sehat dari Kota Toboali

Salam ramadan bagi para pembaca dan Kompasianer yang menjalankan Ibadah Puasa 1442 H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun