Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kelakar Matasan

17 April 2021   03:25 Diperbarui: 17 April 2021   03:29 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Kampung Kami, Matasan adalah lelaki tua yang terkenal dengan kelakarnya. Usai sholat subuh, Matasan yang biasa dipanggil warga kampung Kami dengan panggilan Mamang atau Mang, sudah nongkrong di warung kopi yang ada di kampung Kami. 

Kebetahannya berkelakar semakin menjadi-jadi ketika ada yang mengajaknya ngobrol dan didukung segelas kopi hingga tak terasa cahaya matahari sudah diatas kepala. 

Waktu zohor pun tiba.  Dan yang amat menarik, kelakarnya bukan hanya bertopik seputar soal kekehidupan saja. Tidak sama sekali. Semua tema diobrolkan. Tentang politik hingga musik. Tergantung teman ngobrolnya mau tema ngobrolnya tentang apa.

" Saya ini dulunya pemusik," ujar Matasan.

" Masa sih, Mang," ujar seorang warga Kampung yang menjadi teman ngobrolnya setengah tak percaya.

" Saya dulu angkatan Koesplus. Bahkan gara-gara main musik, saya pernah dipenjara," cerita Matasan dengan nada suara besar sehingga sampai ke penjuru telinga warga kampung mendengarnya. 

" Lho. Mirip cerita Koes bersaudara, Mang. Mamang dulunya main alat musik apa," tanya warga kampung.

" Bass. Saya sebagai pemain bass," jawab Matasan dengan suara mantap berbalut kebahagiaan.

Usai sholat Zuhur, Matasan kembali mendatangi warung kopi. Kali ini teman ngobrolnya adalah seorang warga kampung Kami yang menjadi atlet di Kabupaten.

" Jelek-jelek begini, mamang ini dulunya Ketua Klub bola Volley Kampung Kita," Matasan membuka obrolannya. Semua mata pengunjung warung kopi menatap ke arahnya.

" Serius, Mang," tanya warga kampung yang berstatus sebagai atlet Kabupaten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun