Cerpen: Perempuan Penjaja Ikan keliling
Dengan bertelanjang kaki, perempuan itu menjajakan ikan yang berada dalam keranjang di atas kepalanya. Menyusuri rumah demi rumah di Kawasan Perkampungan. Teriakan " ikan...ikan... digemanya dengan sangat lantang hingga terdengar ke pelosok rumah  para warga Kampung.
Perempuan itu terus melangkah dan melangkah susuri rumah warga Kampung. Sesekali suara lantangnya bergemuruh. Dengan harapan pemilik rumah keluar dan membeli ikannya.
Hingga matahari bersinar dengan garangnya, ikan yang ada dalam keranjang diatas kepalanya belum terjual habis. Perempuan itu terus melangkah dan melangkah, hingga akhirnya seorang pemilik rumah mewah  di ujung Kampung memanggilnya.
Dan dengan langkah tergopoh-gopoh, perempuan penjajaj ikan keliling itu menghampiri sang pemilik rumah.
" Mau berapa kilo Pak ikannya," tanya perempuan itu.
" Semuanya," jawab sang empunya rumah seraya mendorong kursi roda ke arah teras rumahnya. Suara deritannya serupa suara tangisan.
Perempuan penjaja ikan itu kaget bercampur senang. Akhirnya ikannya terjual habis. Terbayang sudah di kepalanya, untung yang didapatnya. Bisa membayar utang di warung Mpok Hindun. Bisa membayar uang baju seragam anaknya. Â Hatinya di liputi kegirangan yang luarbiasa.
" Mau ada acara ya, Pak," tanya perempuan penjaja ikan kepada sang tuan rumah.
Sang empunya rumah yang duduk dikursi roda hanya terdiam. Tak menjawab.
Sudah menjadi kebiasaannya, usai  sholat subuh, perempuan itu selalu menuju pantai. Dingin pagi menusuk tulang belulang.Perempuan itu harus datang lebih pagi  ke pantai untuk membeli ikan dari para nelayan yang baru pulang dari melaut. kalau tidak ,maka ikan sudah beralih tangan ke para tengkulak yang datang dengan motor bahkan mobil.  Semua ini dilakoninya demi dapurnya biar mengebul. Semenjak ditinggal suaminya, perempuan itu harus berjuang sendiriain menghidupi anaknya semata wayang yang mulai tumbuh dewasa.