Namaku Yuyun. Usiaku 14 tahun. Aku berstatus sebagai siswi SMP yang letaknya sangat jauh dari tempat tinggal ku. Untuk mencapai sekolah itu aku dan teman-temanku aku berjalan kaki menembus belantara yang rimbun. Maklum aku tinggal disebuah Desa yang terpencil yang tak mengenal kata pembangunan yang sering ku dengar di media televisi dan buku pelajaran.
Tempat tinggal ku yang jauh dari sekolah tak membuat aku dan teman-temanku patah arang dalam menuntut ilmu. Hanya dengan berpendidikan maka kami bisa memartabatkan diri kami dan orang tua kami. Hanya dengan pendidikan pula kami anak-anak bangsa di Desa bisa berharga diri sebagai manusia. Apalagi orang tua ku selalu menasehati aku untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.
" Hanya dengan pendidikan nak, kamu bisa jadi orang dan bermartabat," pesan ayahku kepada ku. Aku hanya menggangguk.Â
Semangat untuk menjadi manusia yang bermartabat dan mengabdikan ilmu untuk anak bangsa, membuat aku tak patah arang untuk bersekolah walaupun jalanan untuk menuntut ilmu harus ku lalui dengan perjalanan yang panjang dan menembus rimba belantara.
" Kamu jangan jadi manusia cengeng,Nak. Jarak bukanlah halangan untuk tidak bersekolah," ujar ayahku. Dan aku kembali menggangguk.
" Hanya dengan pengetahuan, kamu bisa jadi orang dan memmartabakan kamu dan keluarga kita," lanjut ayahku. Dan aku kembali menggangguk.
Siang itu usai sekolah aku pulang sendirian. teman se Desa ku sudah pulang duluan. Dengan semangat para pejuang aku terus langkahkan kaki menuju tempat tinggal ku. Tiba-tiba aku terkejut saat melihat belasan lelaki seusiaku  dan dewasa tiba-tiba menghadangku. Mareka tampak bahagia betemu aku.
" Hai, manis. Kamu baru pulang sekolah, ya," ujar salah seorang dari mareka. Aku tak menjawab. Langkah kaki makin kencang. Ingin berlari.
" Sabar manis.Kami akan menghantarkanmu pulang dengan rasa bahagia," ujar salah seorang dari mareka yang diikuti dengan tawa para rekannya.
Dan aku baru sadar ketika, semuanya telah terjadi. Aku pingsan. Tak sadarkan diri. Aku berada dalam dunia yang lain.
Sementara orang-orang besar bernarasi di media dan koran-koran. Mareka mengutuk perbuatan anak-anak itu kepada ku.
" Ini kejahatan kemanusian. Pelakunya harus dihukum berat," teriak petinggi negara di media massa.
" Saya telah perintahkan aparat hukum untuk mengusut tuntas kasus ini hingga tuntas," lanjutnya di media televisi yang didengar seluruh penduduk negeri.
Semua petinggi negeri dan penggiat kemanusian menjadikan aksi jahanan terhadap ku sebgai panggung untuk mencitrakan diri. Mareka mengekploitasi kasus keji terhadapku sebagai mdia untuk unjuk kekuatan diri sebagai orang peduli terhadap anak bangsa.
" Saya sebagai Menteri minta, aparat hukum memberikan hukuman yang pantas dan setimpal kepada para pelaku perbuatan keji ini," lanjut Menteri.
" Kami akan bekerja sungguh-sungguh sesuai dengan hukum yang berlaku di negeri ini. Kami akan menerapkan pasal berlapis kepada pelakunya. Dan tak ada seorang pun yang bisa mengintervensi kami sebagai aparat penegak hukum," ujar penegak hukum.
Sementara teman-temanku masih tetap bersekolah di lokasi yang sama dan melintasi lokasi yang sama untuk menuju dan pulang sekolah. Lokasi yang menjadikan aku harus putus sekolah dan gagal mewujudkan impian ku dan keluargaku Tak ada usaha pemerintah untuk mendekatkan kawan-kawanku dengan sekolah.Padahal aku sudah menjadi korban.
" Apakah tak ada usaha pemerintah untuk mendekatkan anak-anak ini dengan sekolah? Apakah tak ada niat pemerintah untuk membangun sekolah di Desa ini sehingga peristiwa buruk yang menimpaku tak terjadi dengan kawan-kawanku yang lain," ujarku dari alam lain.
" Apakah harus ada korban lain lagi? Atau apakah aku harus mengirim surat dari sorga sehingga mareka para petinggi negeri itu baru peduli dan tak ada korban berikutnya," lanjut ku dari alam sana. (Rusmin)Â
Toboali, Bangka Selatan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI