Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat untuk Neng (10)

15 Mei 2017   21:33 Diperbarui: 15 Mei 2017   22:18 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hampir jam sembilan.  Aku masih berdesakan dengan pantat Jakarta neng.  Terlalu sulit menarik tali kekang agar Jakarta sedikit tenang.  Memang benar benar binal lintang pukang.

Mampatnya lalu lintas neng.  Seperti rombongan semut terhalang comberan.  Mobil dan motor saling termangu.  Pulang pergi kerja layaknya menonton film hantu.  Selalu saja berjibaku.

Semestinya aku mendengar musik saja.  Lagu lagu lawas Queen, tapi Fredy Mercury sudah tiada.  Atau hentakan nakal Nirvana, tapi Kurt Cobain juga sudah tiada.  Aku takut orang mati bernyanyi neng.  Itu mengingatkanku pada sebuah novel misteri.  Aku tak usah cerita ya neng, ngeri.

Apa aku saja yang bernyanyi neng.  Mencoba menjadi Pavarotti, aku mengantuk.  Mencoba menjadi Enrique Iglesias, aku tak paham latin.  Menjadi Rhoma Irama, mungkin boleh juga. Pilihan terakhirku, menjadi Kang Darso saja neng.  Maestro lagu lagu sunda yang menyedot hati.

Nah, sambil berkhayal tadi.  Rupanya jalanan mulai sepi. Mungkin besok saja neng, saat kepadatan mulai tersengat api, aku akan mulai menyanyi.

Jakarta, 15 Mei 2017

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun