Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Mengingatmu dalam Diam

4 Mei 2017   07:20 Diperbarui: 4 Mei 2017   12:49 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diam. 

Aku terdiam mendengarkan. 

Suara gaduh yang diperdengarkan para tukang las, tukang besi, tukang kayu dan tukang bicara;

Percikan api dari las yang memberikan bayang perang bintang di kacamata berkilat.

Dentang palu baja beradu dengan besi.  Dibasahi keringat yang membanjiri dahi dan hati.

Suara gergaji merintih rintih harus melukai pokok mahoni.  Memohon maaf dengan cara menjadikannya meja dan kursi.

Gelegar koar koar yang lantang terdengar dari Senayan.  Seperti hendak merobohkan langit dan melipat bumi.

Itu gaduh.  Benar-benar gaduh!

Aku tetap terdiam mendengarkan.  Tapi tidak terdengar.

Telingaku penuh dengan suara suara lain yang serupa rebana.

Mendengungkan lagu lagu tentang Tuhan dan cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun