Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mazhab Rindu

5 Juli 2020   14:08 Diperbarui: 5 Juli 2020   14:07 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ingin menjadi sutradara
atas sebuah drama
yang dipentaskan oleh pagi buta
ketika embun-embun kecil
merayap di lengan cemara yang masih menggigil
dan sentuhan bibir purnama
masih tersisa pada helai terakhir bunga kamboja

Aku juga mau jadi tukang sapu
yang bertugas membersihkan serasah masa lalu
dan mengumpulkannya di pinggir jalan
agar bisa mendapatkan tumpangan
pada angin yang lewat secara diam-diam
menuju tempatnya dilahirkan di masa silam

Aku adalah perompak
di samudera yang bergemuruh oleh dahsyatnya ombak
pekerjaanku melanun kesepian
di tengah mata badai yang kehabisan pusaran
aku lantas mengumpulkan serpihan ingin
di sepanjang bantaran pantai yang dingin
untuk kupanaskan di tungku matahari
agar esok hari
tak perlu lagi aku menyamun api

Cukup menganyam tempayan
untuk menadah derasnya hujan
yang beromantika pada setiap rintiknya
dalam ruang-ruang lengang
ketika aku kehilangan percakapan
dan tak punya waktu senggang
walau hanya untuk sekedar memilih
pada mazhab apa kerinduan mesti bertasbih

Bogor, 5 Juli 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun