Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Titian Kenangan

17 Mei 2020   01:41 Diperbarui: 17 Mei 2020   21:47 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com


Sebuah titian kenangan disediakan cuma-cuma oleh memorabilia malam. Hening, sunyi dan lampu-lampu padam adalah waktu yang tepat untuk menggenangi ingatan. Kepingan masa silam, panjangnya perjalanan, dan waktu tempuh yang berisikan kelelahan adalah beberapa perkara yang mesti segera diruangkan.

1) Sinapsis otak sesempit apapun tak akan bisa melupakan kepingan masa silam. Setiap kejadian, akan diputar ulang seperti lagu-lagu romantis yang diputar terus-terusan oleh stasiun radio yang kemalaman. Kepingan itu akan dilipat sebagai bagian dari memori yang sebagian mengutuk dirinya sendiri. Sebagian sisanya diletakkan di wilayah yang sudah dipetakan sebagai bagian dari kenyataan.

2) Semakin panjang perjalanan yang telah dilakukan maka realita akan semakin dikaburkan oleh tanda baca. Terutama koma. Karena hidup adalah sebuah buku yang terbuka. Tidak bisa menutup jika halaman belum sampai pada bab penutup. Kemudian sebuah titik menyudahi semuanya. Seperti sebuah hikayat yang pasti berjumpa dengan akhir cerita.

3) Perjalanan dengan banyak koma akan membawa kepingan masa silam yang terus terjaga dan sulit untuk disimpan secara semenjana. Memerlukan waktu tempuh sesingkat pencarian bulan terhadap purnama. Atau selama pencarian matahari pada gerhananya. Atau sepanjang jarak antara gugusan rasi dengan bintang-bintang yang mengitarinya. Biasa, baik-baik saja, tapi sama sekali tidak sederhana.

Karena itu bagi siapapun yang menemukan titian kenangan agar meletakkannya di ujung pendulum. Sehingga kenangan akan bergerak memutari angka yang sama tapi dengan ruang-ruang lengang yang berbeda. Siapa tahu ruang-ruang itu akan menyediakan kecukupan waktu untuk tidak membiarkan ujung lidah menjadi kelu.

Bogor, 17 Mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun