Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 43

10 Mei 2020   04:16 Diperbarui: 10 Mei 2020   04:25 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab 42

Helsinki, 60 10 15 N, 24 56 15 E
Bandara Vantaa

Profesor Mbutu melambaikan tangan ke arah Akiko dan Cecilia. Meskipun baru saja saling mengenal, itupun melalui sebuah cara yang tak lazim, 3 orang mati seperti dalam film gangster hollywood., namun Profesor yang sudah berusia 70 tahun ini tahu bahwa kedua orang dokter yang berbeda latar belakang itu sedang memperjuangkan sesuatu yang besar. Sangat besar.

Dia menghormati mereka. Masih muda namun merasa ikut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Dia sudah tua dan ingin berbuat hal yang sama sebelum mati. Percuma piala Nobel itu menghiasi meja kerjanya jika untuk hal sebesar ini dia berpangku tangan. Sekali lagi Profesor Mbutu melambaikan tangan dari jendela sebelum pesawat khusus itu meraung meninggalkan apron menuju taxi way dan bersiap untuk terbang.

Akiko dan Cecilia menaiki mobil WHO untuk kembali ke selasar tempat check in. Mereka akan menuju Jenewa beberapa jam lagi. Adli Aslan membutuhkan mereka. Meskipun mereka bingung bagaimana cara membantunya jika sudah ada di dalam pusaran intrik politik.

Setidaknya mereka berdua bisa bernafas sedikit lega. Amunisi Pandora sudah lengkap. Tinggal menunggu mereka menggunakan magicnya untuk bersiap-siap menyelamatkan dunia.

Kecuali Akiko. Dia merasa ada sesuatu yang membuatnya merasa kurang. Mereka memang sudah sampai setengah perjalanan dalam misi menyelamatkan dunia. Tapi Andalas tidak. Mungkin saat ini dia sudah lebih dari setengah jalan menuju neraka. Dan Grozny adalah salah satu pintunya.

Akiko melirik Dokter Cecilia. Dokter ini terlihat agak lebih tenang sekarang. Beberapa puzzle sudah ditempatkan di tempat yang tepat. Pandora, Object X, bayi Leopard, tim ilmuwan paling brilian di dunia, kolega yang kompeten, dan Dewi Fortuna. Selama ini keberuntungan masih berpihak kepadanya. Kepada timnya. Tapi apapun itu, semuanya bisa saja berubah semudah membalik telapak tangan.

Tanpa sengaja Akiko melihat sesuatu yang sangat mencurigakan. Seorang pria yang sepertinya berwajah asia buru-buru menutup mukanya dengan koran. Sekilas tadi Akiko melihat pria itu memperhatikan mereka. Akiko menekan mode siaga di kepalanya.

Akiko berbisik kepada Cecilia bahwa dia akan ke toilet dan minta supaya dirinya waspada. Cecilia mengangguk. Bandara ini sangat ramai. Orang pasti berpikir ulang untuk berbuat onar di sini.

Tapi Doha? Heathrow? Cecilia menenangkan dirinya sambil melihat Akiko pergi dan bertingkah seolah kebelet.

Sebenarnya Akiko sedang mencari kesempatan untuk memotret orang yang mencurigakan itu sehingga wajahnya terlihat. Dia akan mengirimkannya ke Andalas. Lelaki itu bisa mengidentifikasi melalui databasenya apakah orang itu berbahaya atau tidak. Tapi dia memerlukan foto wajah orang tersebut sebagai parameter identifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun