Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 5

13 April 2020   04:50 Diperbarui: 13 April 2020   04:41 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Setelah itu kita bisa melakukan upacara pelepasan jenazah sesuai tradisi pelaut. Seperti yang telah kita lakukan terhadap 2 jenazah terdahulu....."

Mendadak pembicaraan terhenti karena badan kapal sedikit terguncang. Beberapa kali. Secara beruntun.

Kapten Shinji Akira memperhatikan layar monitor. Tidak ada lempengan es besar. Cuaca juga sedang bagus. Lautan sangat tenang. Apa itu tadi?

Yoshido yang ikut memperhatikan beberapa layar monitor menunjuk salah satunya dengan telunjuk gemetar.

"Hiu! Hiu Kapten! Beberapa hiu berukuran besar mencoba masuk menerobos melalui lubang di lambung."

Mata kedua pimpinan tertinggi kapal Hantaa 01 bersirobok. Ternyata proses evakuasi tidak akan semudah yang dikira.


"Aku penasaran. Apakah monitor di ruangan itu masih berfungsi atau tidak?" Kapten Shinji Akira berbicara kepada dirinya sendiri sambil memencet beberapa tombol untuk memeriksa kamera surveillance di ruangan yang dimaksud.

It works! Terdengar teriakan kecil Kapten Shinji sambil memberi isyarat kepada Yoshido agar mendekat. Kapal Hantaa 01 memang dilengkapi dengan banyak kamera surveillance yang semuanya water proof. Kapten Shinji tadi hanya khawatir kamera tersebut rusak karena benturan saat tabrakan dan juga badai.

Layar monitor nomor 8 dan 9 memperlihatkan ruang mesin dan ruang lambung kapal yang penuh dengan air.

Nampak juga beberapa jenazah yang melayang-layang berputar di ruangan tersebut. Kapten Shinji dan Yoshido bersamaan menghela nafas menyaksikan. Mereka adalah awak kapal yang sudah lama bergabung di Hantaa 01.

"Yoshido san, kenapa jenazah itu berjumlah 3?" Kapten Shinji menunjuk monitor dengan raut muka terheran-heran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun