Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ensiklopedia Ingatan

25 Desember 2019   08:36 Diperbarui: 25 Desember 2019   08:43 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kau melihat? untaian mutiara
bergantung lemah di jari jemari cemara
menunggu runtuh
saat pagi menyanyikan dendang megatruh
dan matahari mulai terpenggal lehernya
bersama tergelincirnya cahaya
di rerumputan yang basah
dan pokok kamboja yang nampak gelisah
antara memilih menggugurkan bunga
demi sebuah upacara
memperingati kematian demi kematian
atau membiarkan kecemasan
terdiam di beranda
ketika hujan tak juga reda

Pernahkan kau merasa? Kehabisan kata-kata
saat menulis puisi
di sebuah pagi yang sepi
tentang anak-anak gerimis
yang menyimpan sekian banyak memori
pada setiap tetesnya
sehingga kau memutuskan
menjadi gagu
agar tak diajak berbincang masa lalu

Pernahkah kau tersenyum lebar?
ketika hari dimulai dengan muram
langit menyerupai kertas buram
dan udara bertambal-tambalan
dirobek-robek ingatan silam
tentang kenangan
yang tak mau dikenang
dan sudah terlanjur disimpan
di rak-rak almari
yang terkunci mati

Tapi,
aku pikir kau pasti
pernah berjumpa dengan pagi yang baik hati
memberimu tatapan mutiara
dari kilau jemari cemara
lalu mengajakmu menyingkirkan masa lalu
menjerangnya dalam tungku
dan menyajikan di meja sarapan
manisnya harapan di masa depan

Bogor, 25 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun