Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Narasi Waktu dan Berhala Rindu

14 Desember 2019   06:51 Diperbarui: 14 Desember 2019   06:52 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com

Beberapa patah kata
jatuh dari langit
di lantai perpustakaan
yang sepi setelah buku-bukunya
banyak yang mati
dibunuh waktu, atau
terbunuh rindu

Seorang pujangga
yang menyebut dirinya
penyamun tak punya hati
mencoba memulung, diam-diam
dia tidak diijinkan
bahkan untuk memasuki pekarangan perpustakaan
yang menolak siapa saja
orang yang pernah menganiaya waktu, sekaligus
seringkali menikam rindu

Kata-kata itu berserakan
di bawah kolong meja, jepitan kaki kursi
hingga terselip di antara
lorong panjang almari
terlunta-lunta seperti duafa
yang tak mengenal kemewahan waktu, juga
betapa berhalanya rindu

kata-kata itu bermetamorfosa
di sebuah pagi yang semenjana
di negeri khatulistiwa
menjadi kupu-kupu
yang pada sepasang sayapnya
terukir almanak
ibunda dari waktu
yang saat itu juga
melahirkan anak-anak rindu

Pontianak, 14 Desember 2019


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun