Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Melarung Hari Murung

6 Desember 2019   09:33 Diperbarui: 6 Desember 2019   09:41 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangunan kalimat
disusun dari kata-kata
yang mencari makna, lalu
dirunut dari huruf-huruf
yang saling menjodohkan diri
menjadi sebuah arti, lantas
mengendarai angin selat Sulawesi
sebagai camar yang menyambar-nyambar
permukaan lautan

Jikalau laju Phinisi ini berhenti di sebuah pulau tak berpenghuni
aku akan mengajakmu menanam matahari di sini
kita sedang butuh banyak cahaya
setelah sekian lama menjamu kegelapan di beranda

Sebuah perjalanan
kadangkala butuh persinggahan
di kedai-kedai minuman
saat tenggorokan banyak dipenggal kecemasan
juga warung tempat melelang perbincangan
ketika berdiam ternyata membuat laring kelelahan

Manakala sungai di hadapan kita sejenak berarus kencang
biarkan perahu yang kita naiki memilih berhenti di tikungan
di sana banyak lubuk yang tenang
kita bisa mulai menuliskan kisah tentang kegembiraan

Begitu tiba di daratan
setelah melarung berhelai-helai kenangan
lalu bertemu muka kembali dengan kenyataan
inilah saatnya sarapan
tanpa mesti menyuapi pikiran
dengan haru biru masa silam

Kutai, 6 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun