Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Velox et Exactus

1 Desember 2019   06:35 Diperbarui: 1 Desember 2019   06:37 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Dalam senyap, aku melenyap. Melebur dalam partikel hujan yang lupa jalan. Seharusnya mengurai kekeringan, namun malah memuai dalam kegelapan.

Aku menjadi senja bagi pagimu yang lupa segalanya. Entah itu kepada embun yang matanya berkaca-kaca, maupun terhadap siluet tipis cahaya matahari di garis cakrawala.

Aku menjadi kepundan bagi lavamu yang diam. Menunggu saatnya berbincang dalam replika kemarahan. Lalu meledakkannya dalam serpihan waktu. Hingga kita sama-sama digulung kehangusan abu.

Senyap dan diam adalah pilihan. Aku yang terbungkam dan kau yang memutuskan untuk sekelam malam. Kita, adalah sepasang arca. Di pintu masuk percakapan tanpa kata-kata.

Aku menjadi situs dari dirimu yang menjadi korpus. Kita lantas tenggelam dalam ribuan turus.

Velox et Exactus.

Kutai Timur, 1 Desember 2019


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun