Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penjelajah Masa Lalu (Episode 10, Candi Laut Selatan)

19 Oktober 2019   10:24 Diperbarui: 19 Oktober 2019   10:52 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raja tercekat. Ruangan di bawah patung besar Syiwa adalah tempat mereka saat ini dan ruang satunya adalah tempat berbahaya yang tidak jadi mereka masuki saat itu.

Dan itu terletak persis di sebelah ruangan ini.

Dan sekarang dari ruangan sebelah mulai terdengar lamat-lamat suara gamelan. Sayup-sayup. Iramanya dingin dan mencekam. Seolah bersiap mengiringi prosesi kematian.

Kelima sekawan itu saling tatap dengan gugup. Suara gamelan yang tadinya sayup-sayup itu makin lama makin jelas. Diikuti dengan suara gemuruh lain di sekeliling. Angin ribut!

Angin yang membuat baju dan rambut kelima orang itu berkibar-kibar. Seakan sedang terjadi puting beliung di dalam ruangan.

Bukan, bukan lagi sebuah ruangan! Atap di atas ruangan itu telah terangkat entah kemana! Ruangan ini sudah menjadi ruangan terbuka. Langit malam nampak demikian jelas. Termasuk bulan yang sedang memasuki puncak purnama.

Namun ada yang aneh dari bulan itu. Tubuhnya yang sempurna terlihat sangat merah.

“Bulan Darah!” Raja berteriak di tengah riuh rendah angin ribut.

-----
Bogor, 19 Nopember 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun