Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Penjelajah Masa Lalu (Episode 7, Candi Laut Selatan)

9 Oktober 2019   20:55 Diperbarui: 11 Oktober 2019   15:45 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara ringkik kuda mendekat dengan derapnya yang begitu menggelegar. Lalu sepi. Tidak terdengar suara apa-apa lagi.

"Bangun....sudahi sembah kalian," terdengar suara merdu yang seolah punya kekuatan tak kasat mata mengangkat semua kepala dari sujudnya.

Semua perempuan itu memandang dengan takjub dan jerih kepada seorang perempuan luar biasa cantik yang tiba-tiba saja sudah duduk di singgasana sambil memegang tongkat berkilauan berbentuk ular. Sang Ratu.

"Jadi ini perempuan terpilih itu?" Sang Ratu memandang penuh selidik kepada perempuan berpakaian merah yang sedari tadi hanya menunduk seolah kehilangan kekuatan mengangkat kepalanya.

"Benar Sang Ratu. Sesuai dengan tanda dan penandanya, dialah perempuan terpilih itu," si Pemimpin mengangguk dalam secara takzim.

Sang Ratu mengangguk. Digerakkannya jari telunjuk ke arah perempuan berpakaian merah.

Sebuah kekuatan tak nampak memaksa perempuan itu menengadahkan kepalanya. Memperlihatkan wajah yang sedari tadi hanya tertunduk.

Dewi!

------

Jakarta, 9 Oktober 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun