Mata putih Dara terus membeliak lebar sambil pelan-pelan menghampiri ketiga lelaki yang juga terus mundur hingga mepet ke dinding dan tak bisa kemana-mana lagi. Dari bibirnya yang pucat tak henti melantunkan tembang berbahasa kuno yang melambangkan dalamnya kepedihan.
Sambil berkonsentrasi Raja memberanikan diri mengangkat tangannya untuk menghentikan Dara yang nampaknya kerasukan.
"Hihihihihihihihihihihi," Dara memang berhenti berjalan dan menembang. Sebagai gantinya dari mulut tipis itu berkumandang ketawa panjang mengerikan. Seolah mentertawakan upaya Raja yang tak ada gunanya.
Wajah Raja memucat. Apa yang harus mereka lakukan untuk menyadarkan Dara?
Apalagi sekarang dari ujung-ujung jari Dara yang terangkat, nampak tumbuh kuku-kuku tajam yang memanjang perlahan-lahan. Sampai akhirnya berhenti di ukuran tak kurang dari 7 cm. Kuku itu nampak berkilat-kilat diterpa sinar matahari yang masuk dari celah-celah pintu. Kelihatannya cukup tajam kalau hanya untuk menyembelih hewan. Fiuuhh!
Raja teringat sesuatu. Tidak tersedia banyak pilihan sekarang.
Diambilnya botol kecil berisi minyak kayu putih dari tas pinggangnya lalu dengan buru-buru disiramkannya ke muka Dara.
Entah karena kaget atau memang akibat bau minyak kayu putih itu yang begitu menyengat, Dara langsung menutupi muka dengan tubuh limbung. Kesempatan itu dipergunakan oleh ketiga lelaki itu untuk memegangi kedua lengan Dara yang berbahaya.
Sambil terus merasakan pedasnya mata, Dara meronta-ronta sekuatnya.
Raja, Raka, dan Bima, ketiga lelaki yang dari posturnya jauh lebih tinggi dan tegap dibanding Dara yang mungil, kewalahan menahan tubuh yang meronta-ronta itu. Gila! Sepertinya Dara mendapatkan kekuatan melebihi seekor kerbau dari alam sana!