nyala lilin di padang gulitaÂ
menjadi sebesar matahari ketika orang hanya bisa meraba-rabaÂ
setelah sebelumnya senja cuma sanggup bersandar di trotoar, kelelahanÂ
lalu minta dihangatkan lampu-lampu jalananÂ
semua sedang bicara tentang cahaya
di meja kerja, untuk mengeja
di ruang pustaka, untuk membaca
di istana, untuk menyusun banyak prakata
di neraka, untuk menerangi jalan menuju surga
saat jiwa-jiwa dilumpuhkan pesan-pesan yang bersliweran
sajak dan puisi diasah menjadi kelewang
esai dan narasi digerinda menjadi pedang
pidato dan orasi lantas menyihir segalanya menjadi lekang
para pemimpin duduk paling depan
menyisihkan sedikit waktu luang untuk menyaksikan lalu-lalang
orang-orang yang menundukkan muka
sambil merapikan kumpulan batu di kepala
mereka hendak membuat bangunan
atau mungkin juga bendungan
asa dan murka telah berkawin silang
berhibrida menjadi pasal-pasal jalang
ketika mereka menyalakan kembali lilin yang mati
padang gelap tak bisa lagi diterangi
kaktus dan ilalang terlalu rapat
melukai dengan cara menyayat-nyayat
orang-orang itu lalu memutuskan menjadi zombi
tak ada guna menjadi manusia lagi
Pelalawan, 18 September 2019