Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Koordinat yang Melindap

19 Agustus 2019   13:03 Diperbarui: 19 Agustus 2019   13:10 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti biasa apabila sedang terjerembab di lorong-lorong gelap labirin lamunan yang sangat pengap, waktu nampak berlaluan di hadapan sembari membawa serta kenangan yang tak mudah melindap. Aku tak bisa melakukan apa-apa selain menyalakan lilin. Nyalanya yang setitik sungguh mampu membakar buruknya hari kemarin.

Aku bukan pertapa yang mudah memperlakukan duka sebagai asap dupa. Mudah saja dititipkan angin agar pergi kemana-mana. Lalu tibalah senyap yang tiba-tiba terasa begitu menggembirakan. Seiring dengan kedatangan hujan yang menghanyutkan waktu secara diam-diam.

Aku juga bukan seorang pengembara yang gampang menukar penglihatan tak menyenangkan dengan menatap cantiknya danau Toba habis-habisan. Atau menyelami indahnya terumbu Wakatobi daripada mesti mengingat kembali tajam rasa duri-duri sunyi yang menancapi hati.

Koordinat yang aku temukan belum sempat aku catat di buku harian yang tiba-tiba saja berubah menjadi halaman koran. Mengabarkan berita-berita kurang membahagiakan tentang pertengkaran dan perseteruan. Antara rumitnya pertemuan dan sulitnya kehilangan. Terasa begitu berantakan.

Tapi aku teringat satu hal. Aku bukan salah satu di antara orang-orang penyuka gagal. Aku adalah jagal bagi pedihnya ratapan. Aku selalu berhasil melewati lintasan kericuhan. Dengan cara elegan seorang perempuan yang memajang rembulan di meja kamar. Sebagai lampu baca yang tak pernah membiaskan perkara samar.

Aku menyekap tangisan di gudang tak terpakai yang dindingnya belum habis terbawa badai. Di sana aku membiarkannya merasakan lara. Agar paham sepenuhnya tak ada guna berairmata. Percuma.

Jakarta, 19 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun