Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbunuh Masa Lalu

25 Juli 2019   22:22 Diperbarui: 25 Juli 2019   22:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kinasih menggeser tubuhnya mendekati Fanggo. Menempatkan diri di sebuah situasi yang membuat Fanggo serasa diledakkan badai matahari. Tanpa ba bi bu lelaki hidung belang itu langsung menangkap bibir Kinasih dan melumatnya habis-habisan.

Kinasih sama sekali tidak melawan. Bahkan awalnya wanita itu menyambut Fanggo dengan tak kalah hangat. Tangan kirinya mencengkeram dan menarik leher Fanggo ke dadanya -yang semakin menambah Fanggo belingsatan- sementara tangan kanannya melepas tutup jarum suntik kecil berisi obat bius dosis tinggi yang telah dipersiapkannya sedari tadi.

----

Fanggo terbangun dengan sekujur tubuh sakit sekali. Hawa dingin luar biasa menusuk-nusuk tulangnya hingga terasa begitu ngilu luar biasa. Fanggo nyaris menjerit. Dia telanjang bulat dan terikat di sebuah tiang penyangga di dalam sebuah ruangan cold storage.

Fanggo menggigil tak karuan. Indikator besar suhu di atas pintu menunjukkan angka 7 derajat Celcius. Ini gila! Tak lama lagi organ luar tubuhnya akan mengalami hipotermia. Kontan Fanggo berteriak-teriak sekuat tenaga mencari pertolongan.

Tapi siapa yang bisa mendengar suaranya yang tenggelam dalam bising mesin cold storage? Fanggo nyaris putus asa. Apalagi dirasakannya semua jari-jari tangan dan kaki sudah tak bisa digerakkan sama sekali.

Harapan Fanggo bangkit kembali. terdengar suara langkah sepatu mengetuk-ngetuk lantai. Ah, mungkin ada yang mendengar teriakanku tadi. Pintu besar cold storage bergeser membuka.

Kinasih dengan mantel hangat dan tebal berdiri di sana. Tersenyum ke arahnya.

Fanggo tercekat. Senyuman itu terlihat begitu mengerikan. Dan memori Fanggo lantas berkelebatan mendapatkan ingat.

Tepat saat ingatan itu memenuhi ruang benak Fanggo, Kinasih mengangkat mantel panjangnya hingga ke atas paha. Sebuah tatoo bertuliskan huruf F nampak sangat jelas terlihat di paha mulus itu. Tapi...Fanggo ingat tidak ada tambahan tangkai bunga mawar melingkar di huruf itu dahulu. Apalagi dengan tambahan ornamen tatoo darah segar menetes itu!

"Sudah ingat sekarang kau lelaki keparat?! Perempuan yang kau jejali obat perangsang, kau perkosa lalu kau tinggalkan begitu saja di motel murahan?! Dan ternyata kaupun sudah menjualku ke mucikari bajingan yang memperjual belikan aku seperti barang! Aku yang katamu dahulu adalah kekasih yang tak pernah kau tinggalkan tapi malah kau telantarkan di dunia busuk penuh comberan?!" Mulut merah tipis itu tetap tersenyum. Manis namun mematikan.

Fanggo tergagap-gagap hendak menjawab. Dia ingat semua sekarang. Ah, Kinanti! Anak SMA yang dipacarinya dahulu sewaktu dia kuliah di Yogya! Dan dia memang sengaja menjualnya kepada mucikari karena saat itu Kinanti dihargai tinggi sekali. Lagipula waktu itu Fanggo sudah pernah melakukan hal yang sama beberapa kali. Di Jakarta, Surabaya dan Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun