Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Anomali Sepi

9 Juli 2019   11:45 Diperbarui: 12 Juli 2019   01:25 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencananya malam ini aku duduk di teras depan. Menyaksikan separuh wajah bulan terpekur di serambi langit yang berkelindan. Aku berharap ada di sana. Sehingga mudah bagiku mencarimu ada di mana.

Aku menduga kamu sedang meronce sepi sebagai hiasan bagi pelaminan mimpi. Kamu menyukai anomali sebesar kamu mencintai dirimu sendiri. Kesepian bagimu adalah perayaan, sedangkan kegaduhan menurutmu adalah kecemasan.

Oleh karenanya kamu lebih memilih malam sebagai kawan berbincang. Dibandingkan harus bercakap dengan lautan atau pelabuhan yang selalu bising dengan banyak pernyataan.

Rembulan nyaris padam, tapi aku masih di teras depan. Aku ganti tatapan dengan menggambar lamunan. Cukuplah bagiku saat ini. Karena kau berjarak ribuan mil dari sini.

Lagipula akupun sedang mencoba menikmati anomali sepi.

Langkat, 9 Juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun