Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lebih Dungu dari Batu-batu

20 Juni 2019   20:31 Diperbarui: 20 Juni 2019   20:34 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyesalan, itu seperti buku-buku yang menumpuk belum dibaca. Teronggok dipilin sarang laba-laba. Dalam kesudahannya hanya sempat bertanya;
semestinya aku membaca bab-bab tentang sebab akibat
sehingga aku tidak tersesat

Kehilangan, adalah penyesalan tak terselesaikan yang terus-terusan dikenang. Menghantui benak yang digenangi waktu senggang. Oleh hal-hal yang nyata-nyata telah lekang.

Harapan, tak ubahnya masa depan yang coba dicuri. Lalu diselamati sebagai bagian dari kekuatan hati. Menghadapi apa yang akan tersaji. Di meja makan saat sarapan. Atau di ranjang ketika kita merasa telah begitu kelelahan.

Ratapan, itu gerutuan berulang karena semua tidak sesuai angan-angan yang disusun oleh keping-keping harapan. Menganggap dunia tidak adil. Lantas berpikir kerdil dengan mengatakan semuanya adalah muskil.

Kita selalu berada pada fase pengulangan atas nyaris semua kejadian. Berharap begitu banyak, lantas kehilangan akal, menyesali kegagalan, lantas meratapinya habis-habisan.  

Selalu begitu. Terus saja begitu. Seakan kita ini lebih dungu dari batu-batu.

Sampit, 19 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun