Arya Dahana berpikir sejenak. Â Dia teringat bagaimana dulu mengobati Dyah Puspita saat terkena pukulan yang hampir sama hebatnya. Â Tapi dimana mencari tumbuhan Sambung Nyawa di sini? Â Apalagi setelah minum ramuan itu, ada acara buka baju dan menempelkan tangan di dada segala? Â Harus tanpa busana pula? Â Arya Dahana berkeringat dingin memikirkan hal ini. Â Gawat. Â Bisa bisa pipinya remuk dihajar tamparan berulang-ulang.
Pemuda cepat-cepat keluar menyusul tabib benteng yang berjalan pelan menyusuri lorong menuju ruang pengobatan. Â Masih banyak orang terluka yang harus diobatinya di sana.Â
"Tabib....tunggu!...bisakah kau mencarikan Rumput Sambung Nyawa di sini?...aku tahu bagaimana cara mengobati Dewi Mulia Ratri.."
Tabib benteng berhenti mendadak. Â Dia menoleh kepada Arya Dahana yang berdiri di depannya dengan penuh harap.
"Aeh..anak muda. Â Aku masih punya persediaannya beberapa. Â Eh, kau tahu cara mengobatinya?"
Arya Dahana mengangguk angguk keras seperti burung pelatuk.
Tabib benteng buru-buru mengeluarkan kantong obatnya. Â Dicarinya sebungkus kecil serbuk Tumbuhan Sambung Nyawa, Â ketemu!
Arya Dahana menerima bungkusan itu sambil membungkuk berkali-kali saking senangnya. Â Pemuda ini langsung berkelebat lenyap dari hadapan tabib benteng yang hanya mampu terhenyak saking takjubnya.
Serba tergesa-gesa. Â Begitulah yang dilakukan Arya Dahana sekarang. Â Pemuda itu membuka pintu kamar dengan tergesa-gesa. Â Membuka bungkusan obat dengan tergesa-gesa. Â Mengaduk ramuan obat bersama air dengan tergesa-gesa. Â Meminumkan ke dalam mulut Dewi Mulia Ratri dengan lembut namun tetap tergesa-gesa. Â Dan setelah itu dengan tergesa-gesa pula menyuruh para pelayan keluar dari kamar.
Setelah kamar tertutup, Arya Dahana malah meringis ketakutan. Â Bagaimana cara memberitahu Dewi Mulia Ratri bahwa dia akan mengobatinya namun dengan cara membuka seluruh baju atasnya?
Pemuda ini beringsut mendekati. Â Dewi Mulia Ratri yang masih tergolek lemas memandangnya mesra. Arya Dahana semakin salah tingkah. Â Duuuhh ini bagaimana? Â Pikiran pemuda ini berlarian kesana kemari.