Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

18 Maret 2019   07:22 Diperbarui: 18 Maret 2019   07:33 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arya Dahana berpikir sejenak.  Dia teringat bagaimana dulu mengobati Dyah Puspita saat terkena pukulan yang hampir sama hebatnya.  Tapi dimana mencari tumbuhan Sambung Nyawa di sini?  Apalagi setelah minum ramuan itu, ada acara buka baju dan menempelkan tangan di dada segala?  Harus tanpa busana pula?  Arya Dahana berkeringat dingin memikirkan hal ini.  Gawat.  Bisa bisa pipinya remuk dihajar tamparan berulang-ulang.

Pemuda cepat-cepat keluar menyusul tabib benteng yang berjalan pelan menyusuri lorong menuju ruang pengobatan.  Masih banyak orang terluka yang harus diobatinya di sana. 

"Tabib....tunggu!...bisakah kau mencarikan Rumput Sambung Nyawa di sini?...aku tahu bagaimana cara mengobati Dewi Mulia Ratri.."

Tabib benteng berhenti mendadak.  Dia menoleh kepada Arya Dahana yang berdiri di depannya dengan penuh harap.

"Aeh..anak muda.  Aku masih punya persediaannya beberapa.  Eh, kau tahu cara mengobatinya?"

Arya Dahana mengangguk angguk keras seperti burung pelatuk.

Tabib benteng buru-buru mengeluarkan kantong obatnya.  Dicarinya sebungkus kecil serbuk Tumbuhan Sambung Nyawa,  ketemu!

Arya Dahana menerima bungkusan itu sambil membungkuk berkali-kali saking senangnya.  Pemuda ini langsung berkelebat lenyap dari hadapan tabib benteng yang hanya mampu terhenyak saking takjubnya.

Serba tergesa-gesa.  Begitulah yang dilakukan Arya Dahana sekarang.  Pemuda itu membuka pintu kamar dengan tergesa-gesa.  Membuka bungkusan obat dengan tergesa-gesa.  Mengaduk ramuan obat bersama air dengan tergesa-gesa.  Meminumkan ke dalam mulut Dewi Mulia Ratri dengan lembut namun tetap tergesa-gesa.  Dan setelah itu dengan tergesa-gesa pula menyuruh para pelayan keluar dari kamar.

Setelah kamar tertutup, Arya Dahana malah meringis ketakutan.  Bagaimana cara memberitahu Dewi Mulia Ratri bahwa dia akan mengobatinya namun dengan cara membuka seluruh baju atasnya?

Pemuda ini beringsut mendekati.  Dewi Mulia Ratri yang masih tergolek lemas memandangnya mesra. Arya Dahana semakin salah tingkah.  Duuuhh ini bagaimana?  Pikiran pemuda ini berlarian kesana kemari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun