Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

18 Maret 2019   07:22 Diperbarui: 18 Maret 2019   07:33 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab XV-1

Bab XV-2

Gadis cantik ini juga bersiap sepenuhnya.  Ini saatnya Gempa Pralaya dikeluarkan.  Dia tak akan sanggup menghadapi ilmu pukulan api itu dengan ajian biasa.  Bahkan jika perlu dia harus mendahuluinya.  

Cepat-cepat gadis ini merapal Gempa Pralaya.  Gerakannya terlambat.  Dari sepasang tangan Panglima Kelelawar keluar dua larik cahaya menyilaukan mata menghantam Dewi Mulia Ratri.  Gadis ini tergopoh-gopoh bertahan sekuatnya.  Ditahannya pukulan dahsyat itu dengan menggunakan Gempa Pralaya.

"Blaaaarrrr....blaaaaarrr....!"

Dewi Mulia Ratri terpelanting keras.  Tubuhnya terguling-guling di tanah.  Bercak-bercak darah dari mulutnya ikut muncrat bersama tubuhnya yang terguling.  Dengan terengah-engah Dewi Mulia Ratri mencoba bangkit meski dadanya teramat sakit.  Jelas sekali bahwa dia kalah tenaga dalam dan tingkat kesempurnaan pukulan.  Luka dalam ini membuat dadanya sesak.

Panglima Kelelawar melanjutkan pukulannya untuk menghabisi gadis tangguh yang sedang terhuyung-huyung itu.  Sekali lagi kelebatan pukulan menyilaukan Bayangan Matahari mengarah gadis yang belum tegak berdiri itu.  Dewi Mulia Ratri hanya bisa mempersiapkan diri untuk menangkis dengan sisa tenaga yang ada.  Dia tahu, dengan tenaga sepenuhnya saja dia tidak sanggup menandingi kehebatan pukulan itu, apalagi di saat terluka seperti ini. 

"Blaaaarrr...blaaaaarrrr!!!!"

Untuk kedua kalinya udara berguncang akibat pertemuan dua pukulan hebat.  Sama sama pukulan Bayangan Matahari.  Panglima Kelelawar gantian yang terhuyung huyung ke belakang.  Sementara si penangkis pukulan yang bisa membunuh Dewi Mulia Ratri tadi berdiri bergoyang goyang.  Kali ini Panglima Kelelawar yang kalah tenaga.

Dewi Mulia Ratri terbatuk-batuk mengeluarkan darah.  Dadanya sakit bukan main.  Namun hatinya girang bukan kepalang.  Meskipun hampir pingsan, gadis ini masih sempat berteriak lirih,

"Dahana....kau dataaang....."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun