Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

16 Maret 2019   08:06 Diperbarui: 16 Maret 2019   08:27 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku kan hanya menemanimu Putri.  Bukan tanggung jawabku untuk mencari perahu atau bagaimana cara agar kita bisa menyeberang..."

Putri Anjani membelalakkan matanya.  Kurang ajar!  Pemuda ini menyebalkan sekali!  Tapi dia butuh pemuda itu.  Dia harus mengalah meski dadanya panas.  Gadis ini lalu menggerakkan tubuh berlari  sepanjang pantai untuk mencari perahu yang mungkin tersembunyi di suatu tempat atau cekungan.  
Tidak ada tanda tanda sebuah perahupun.

Ini mestinya adalah wilayah kekuasaan Lawa Agung.  Mungkin dia harus mencari desa terdekat untuk bertanya-tanya.  Putri Anjani kembali ke tempat dimana Arya Dahana masih menunggu dengan santainya.  Ditariknya tangan pemuda itu untuk bangkit lalu dipaksanya untuk mengikutinya pergi mencari desa atau kampung.

Butuh waktu beberapa jeda bagi mereka sampai akhirnya bertemu dengan kampung.  Tapi kampung ini sepi sekali.  Tidak nampak ada orang berkeliaran di luar rumah.  Putri Anjani melongok setiap rumah.  Ada beberapa orang yang berhasil ditemuinya.  Tapi rata-rata hanya orang tua atau perempuan dan anak-anak.  Mereka sama sekali tidak tahu bagaimana cara memperoleh tumpangan perahu pergi ke Pulau Kabut.

Putri Anjani menahan kejengkelannya yang makin memuncak.  Ingin rasanya dia menghajar orang-orang bodoh ini!  

Tapi dia sedang bersama Arya Dahana dan dia tahu pemuda ini pasti akan menentangnya.  Dia menyadari bahwa dia masih kalah lihai dibanding pemuda ini.  Selain itu, Arya Dahana bisa saja tidak mau lagi menemaninya jika dia bertindak keras terhadap orang-orang ini.

Akhirnya Putri Anjani memutuskan mereka kembali ke pantai dan menunggu.  Siapa tahu ada perahu dari Lawa Agung yang mengantar orang atau mengambil sesuatu di pantai ini.  walaupun ini hanyalah mencoba peruntungan saja, tapi dia tidak punya pilihan lain.  Biarlah.

Dan peruntungan itu tiba menjelang siang.  Sebuah perahu besar terlihat dari kejauhan menuju pantai ini.  Putri Anjani hampir berteriak kegirangan.  

Sudah pasti itu bukan perahu nelayan.  Selain bentuknya yang besar dan gagah, ada bendera bergambar kelelawar hitam yang berkibar-kibar di ujung tiang layarnya.  Perahu itu tidak sendirian!  Putri Anjani hampir terlonjak saking kagetnya.  Bermunculan perahu perahu lain di belakang perahu pertama.  Bahkan berikutnya bukan cuma perahu.  Kapal-kapal berukuran besar juga terlihat mengekor di belakang perahu perahu.

Wah!  Itu adalah armada!  

Mata Putri Anjani terbelalak lebar.  Armada yang besar sedang berlayar menuju pantai.  Ini pasti bukan main-main atau sekedar latihan.  Bahkan setelah semakin mendekat,  terlihat bahwa perahu dan kapal itu dipenuhi oleh pasukan perang.  Bendera-bendera yang tadinya terlihat hanya kelelawar berwarna hitam, ternyata disertai bendera berkibar-kibar berwarna merah darah yang juga bergambar kelelawar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun