Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bersamamu Menguliti Mimpi

30 Januari 2019   15:42 Diperbarui: 30 Januari 2019   16:07 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duhai kekasih, yang sengaja memerangkap diri dalam api,
pagi tadi aku menghanyutkan hujan di matamu yang sepi
lalu sungai-sungai deras terbentuk di pipi
menjeramkan geraman di antara batu-batu yang terlontar garang
dari bibirmu yang mendadak semurka kawah Sikidang

Duhai kekasih, yang pada hatimu tumbuh duri-duri kaktus,
siang ini aku membicarakanmu bersama cumulonimbus
sepakat menguburkan ratapanmu ke dalam sarkofagus
bersama badai yang pasti akan turun
di sela-sela hujan yang begitu rimbun

Duhai kekasih, yang menyapu segenap kebisuanku,
petang ini aku menggaduhi telingamu dengan keriutan daun bambu
ingatlah kalau bambu itu asal muasal bilah sembilu
dengan teramat sangat sanggup melukai
setara dengan bagaimana caramu mencintai

Duhai kekasih, yang seringkali mengudap serpihan melati,
malam ini aku akan menguliti mimpi
maukah engkau menemani?
menguliti mimpi itu sesulit menerjemahkan puisi Rumi
dan aku tahu engkau adalah pemujanya yang abadi

Engkau mesti tahu untuk apa sebenarnya mimpi dikuliti?

Baiklah, aku mengaku,
aku akan menjahit dua pasang sepatu dari kulit itu
agar kita bisa berlari tanpa tertusuk duri
atau terjerembab di kubangan paling sunyi

Palembang, 30 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun