Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rencana dan Prasangka

19 Januari 2019   20:18 Diperbarui: 19 Januari 2019   20:23 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menenggelamkan diriku ke dalam buku-buku yang mengurutkan pedihku ke dalam vokal tanpa suara dan konsonan tanpa bunyi. Karena semua bunyi kini adalah sunyi.

Dalam kesunyian aku mengosongkan diri sebisanya. Setidaknya aku bisa menghilangkan jejak-jejak kegaduhan yang menggerogoti isi kepala ke dalam hiruk-pikuk prasangka.

Terhadap prasangka yang menganggap semua kejadian adalah mangsa, aku akan memasungnya dalam ruang gelap tanpa pelita. Jika perlu aku akan menjadikannya pasien di rumah sakit jiwa. Sebab prasangka adalah seburuk-buruknya rencana.

Rencana-rencana yang tak sempat dilaksanakan akan menua di kepala. Mengerak, membatu dan menjadi arca. Dari situlah sebenarnya awal mula sebuah prasangka.

Rencana-rencana yang dibiarkan mengalir seperti sungai-sungai yang menuruni gunung, mengairi sawah-sawah, membelah jantung kota, lalu berkecipak di muara, adalah rencana yang menjadi peristiwa. Tak akan pernah ada prasangka di dalamnya.

Bogor, 19 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun