Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

11 Januari 2019   10:09 Diperbarui: 11 Januari 2019   10:51 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nak...mereka baru akan menampakkan diri pada hari tepat saat Raja Badai tiba.  Kemampuanmu?  Aku rasa sudah bisa mengimbangi para datuk Delapan Penjuru Mata Angin.  Jangan pernah lupa nak, kemenangan dalam pertarungan nanti juga ditentukan oleh ketahanan mentalmu."

Arawinda tidak melanjutkan dengan pertanyaan apapun lagi.  Gadis ini membayangkan, para tokoh Delapan Penjuru Mata Angin adalah tokoh tokoh nomor satu.  Jika menurut Si Bungkuk Misteri dia bisa menandingi kemampuan mereka, itu berarti peningkatan kemampuannya luar biasa pesat.  

Dulu dia bahkan tidak bisa bertahan hingga dua puluh jurus melawan mereka.  Arawinda terus tenggelam dalam lamunannya.  Namun terputus seketika saat matanya menangkap beberapa orang berdatangan tidak jauh dari tempatnya.

Orang orang itu semua berbaju compang camping.  Membawa tongkat dengan warna yang sama.  Keperakan.  Hmmm...para Pengemis Tongkat Perak sudah tiba.  Perkumpulan pengemis ini cukup terkenal di dunia persilatan.  Selain bermarkas di Ibukota Kerajaan Majapahit, juga karena karena perkumpulan ini  cukup banyak mempunyai anggota.  Jumlahnya bisa mencapai ribuan di seantero kerajaan Majapahit.

Perkumpulan pengemis ini bukan sepenuhnya hendak mengejar peruntungan mendapatkan pusaka Gendewa Bernyawa, namun lebih kepada berburu harta karun.  Mereka menyadari bahwa tokoh tokoh pimpinan Perkumpulan Pengemis Tongkat Perak tidak akan mampu bersaing dengan para datuk dunia persilatan jika harus ikut memperebutkan pusaka ajaib itu.  Mendapatkan harta karun akan semakin memperbesar perkumpulan mereka.  Ada sebuah cita cita besar tersembunyi yang dicanangkan oleh para pimpinan perkumpulan.  Pada saatnya nanti akan dibuka semua kepada anggota perkumpulan.

Arawinda memalingkan wajah saat di kejauhan terdengar derap kaki kuda berduyun duyun datang.  Gadis ini tertarik melihat umbul umbul merah dan kuning yang berkibar megah.  Hmmm Majapahit!

Selanjutnya dari arah barat muncul juga serombongan pasukan berkuda dengan umbul umbul warna hijau.  Arawinda mengerutkan keningnya.  Ini rombongan kerajaan juga.  Tapi kerajaan mana?  Dia mengingat ingat umbul umbul kebesaran Galuh Pakuan.  Bukan, ini bukan warna kebesaran Galuh Pakuan.  Aaahh ini pasti warna kebesaran kerajaan sempalan dari tanah pasundan itu.  Lawa Agung!

Setelah dua rombongan itu sama sama mendekat ke arah bukit tujuan mereka masing masing, Arawinda bisa melihat dengan jelas meski masih cukup jauh jaraknya dengan tempat dia berdiri memperhatikan. 

Rombongan Majapahit dipimpin oleh Ki Tunggal Jiwo.  Diikuti oleh Maesa Amuk, Madaharsa, Bledug Awu Awu, Tiga Pendekar Malaikat dari negeri Cina, Ki Biantara, dan Ardi Brata.  Nampak pula Bimala Calya yang berkuda di samping Ardi Brata.  Wajah gadis cantik itu terlihat bersinar sinar gembira. 

Mahapatih Gajahmada sengaja memerintahkan agar Sayap Sima menurunkan kekuatan penuh kali ini.  Gendewa Bernyawa terlalu berbahaya jika jatuh ke tangan musuh.  Busur ajaib itu bisa mengeluarkan ratusan panah berapi dalam sekali bidik.  Jika kerajaan musuh memilikinya maka Majapahit akan berada dalam kesulitan besar apabila terjadi peperangan.

Bimala Calya merasa sangat bersemangat ketika gurunya memperbolehkan ikut ke Ngobaran.  Harapannya cuma satu, bisa bertemu dengan Arya Dahana di sini.  Pemuda itu pasti tidak akan melewatkan kesempatan langka yang jarang sekali terjadi di dunia persilatan.  Dia pasti datang.  Itulah mengapa wajah gadis ini terlihat berseri seri gembira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun