Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air & Api, Idu Geni

10 Januari 2019   08:20 Diperbarui: 10 Januari 2019   08:30 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan melawan nduk...aku akan mencari cara agar kita bisa lepas dari orang orang biadab ini.  Mereka akan membawa kita ke markas mereka di pulau yang terkutuk itu.  Sangat sulit untuk melarikan diri dari sana.  Pulau itu sangatlah berbahaya.  Bersabarlah nduk.."

Dan di sinilah dia sekarang.  Di sebuah kamar yang mewah.  Dia tidak tahu di mana neneknya Nyai Genduk Roban berada.  Dia harus bertahan hidup sesuai pesan neneknya.  Dia akan berlatih ilmu ilmu yang diajarkan oleh Dyah Puspita.  Belum banyak memang yang sudah diajarkan.  Ilmu yang sudah diajarkan adalah pukulan Braja Musti tingkat dasar.  Dia akan mengasahnya dengan berlatih keras.  Karena betapa pun hebatnya sebuah ilmu jika tidak diasah dan dilatih, akan percuma saja.

Selain itu, di tempat terpencil ini, dia juga akan tekun melatih ilmu ilmu sihir yang diajarkan oleh neneknya.  Ilmu sihirnya sudah cukup tinggi. Neneknya adalah datuk sihir yang luar biasa.  Jika dia berlatih keras, dia akan menjadi seorang ahli sihir yang mumpuni.  

Pada saatnya nanti dia akan melarikan diri atau melawan sampai mati.  Dia tahu bahwa dirinya dijadikan sandera agar Nyai Genduk Roban mau bekerjasama dan tunduk terhadap perintah Panglima Kelelawar. 

Ayu Wulan melangkahkan kaki keluar kamar.  Seorang penjaga mengangguk kepada gadis itu.  Saat Ayu Wulan menyampaikan keinginannya untuk berjalan jalan keluar.  Si penjaga mengiyakan namun memberi isyarat bahwa gadis itu akan selalu ditemani oleh satu regu pengawal kemanapun dia pergi.

Ayu Wulan tidak punya pilihan lain.  Dia segera melangkah keluar rumah yang ternyata adalah sebuah istana kecil untuk tamu.  Pulau ini cukup besar dan luas.  Di sana sini nampak bangunan bangunan megah dan indah.  Ini bukan markas biasa.  Ini mirip dengan Trowulan yang pernah didatanginya.  

Di depan sebuah lapangan  yang sangat luas, berdiri dengan angkuh dan megah sebuah istana yang besar.  Istana kerajaan Lawa Agung.  Istana tempat Panglima Kelelawar memerintah kerajaan baru yang nyempal dari kekuasaan Galuh Pakuan.

Ayu Wulan terus melangkahkan kaki.  Semua bangunan yang ada di sini sangat indah dan cantik.  Ditata sedemikian rupa sehingga sangat menarik hati bagi siapapun yang memandang.  

Taman taman luas dan hijau.  Penuh bunga bunga berwarna warni.  Jalanan juga berbatu.  Bukan jalan tanah yang becek atau berdebu.  Ayu Wulan sampai terbengong bengong menyaksikan semua ini.  Bahkan taman taman di istana Trowulan masih kalah dibanding kecantikan taman taman di kerajaan baru ini.

Di kejauhan, di beberapa puncak bukit bukit karang, berdiri kokoh menjulang benteng benteng pertahanan sekaligus markas para pasukan Lawa Agung.  Pulau ini akan sulit di serang dengan diam diam.  Bukit bukit karang yang mengelilingi pulau, berdiri markas markas pasukan dan pos pos pengintaian.  Selain itu, keseluruhan kompleks istana ternyata dikelilingi oleh tembok tembok pertahanan yang kuat dengan prajurit jaga yang selalu berkeliling dalam jumlah besar.

Mata Ayu Wulan berhenti di sebuah bangunan aneh dan unik di tepian pantai.  Bangunan indah itu tidak dilindungi dengan benteng pertahanan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun