Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Epicentrum Bahagia

27 Desember 2018   17:16 Diperbarui: 27 Desember 2018   17:38 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lifestyle.kompas.com

Menyusur jejak tiada purna, sebuah titik tengah gempa tak kasat mata
ketika hidup dicerabut olehnya
menjadi keping teka-teki, bagaimana cara menelisik mimpi
di malam ketika cahaya menghilang
dan purnama merubah diri jadi pecahan kunang-kunang

Ada dua pilihan cara tersedia, di puncak dinihari
memimpikan bahagia, atau membahagiakan mimpi

Epicentrum bahagia
tak mungkin punya koordinat
padanya hanya tercantum alamat
di ceruk hati yang tak lagi memaki
di relung mata yang tak lagi mencerca
di sudut mulut yang tak lagi berkabut
di ruang jiwa yang tak lagi terbata-bata
di kalimat lengkap yang tak lagi meratap-ratap

di situlah letak salah satu epicentrum bahagia
jika kau berniat menemukannya
tanpa harus berjualan duka
sebagai imbal baliknya

Jakarta, 27 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun