Salah satu kegemaranku adalah berburu. Saat berburu, aku mampu mengalirkan adrenalin ke tulang sungsum dan paru-paru. Memompa jantung mendaki kepundan lava. Aku berubah menjadi mata gendewa.
ada anak panah dan peluru yang selalu tersedia di mata. Menunggu saat yang tepat untuk dilesat seketika.
ada lampu dan jaring-jaring di kepala yang lengas. Menanti musim yang pas untuk ditebar tuntas.
aku berburu pagi. Dengan kesungguhan hati. Aku ingin menangkap embun yang melakukan pemberontakan. Terhadap tatanan dahan-dahan. Dengan menyelinap dan menyusup. Di sela rimbunan daun dan hawa dingin yang menusuk.
aku berburu petang. Tanpa sedikitpun rasa gamang. Sasaranku kunang-kunang dan rembulan. Terhadap kunang-kunang aku janjikan kehidupan remang. Kepada rembulan aku bertipu daya dengan mengatakan mendung tak lama lagi akan hilang.
aku berburu kenangan. Beberapa darinya patut dirajam. Aku memilah mana yang mesti dibidik. Aku memilih apa yang harus ditabik.
Sesungguhnya aku seorang pemburu. Mauku sekeras batu-batu. Karena aku bersekutu dengan waktu.
Jakarta, 7 Desember 2018