Lelaki itu berdiri menghadap bekas jejak matahari. Siang tadi. Menyerap semua yang dinamakan api. Ke dalam sorot matanya yang menggelap. Hendak mengirimkan baranya sebentar jika dia terlelap.
Lelaki itu melangkahkan ingatan. Ke dalam petikan-petikan buram. Dari kelupasan masa silam yang kusam. Dia pernah berteriak kepada malam. Menistakannya habis-habisan. Ke dalam berbotol-botol minuman.
Lelaki itu membenturkan seringai pada badai yang mendekat. Mungkin dalam pusarannya nanti dia bisa berucap keparat. Membiarkan dirinya terbawa hingga ujung. Tempat segala murung ditampung oleh orang-orang yang tak beruntung.
Lelaki itu menghanguskan malam dengan tatapannya yang mencekam. Ini malam, sungguh tak ada beda dengan permukaan hati yang lebam. Lelaki itu memutuskan untuk tenggelam. Dalam pusat kekuasaan hitam.
Bogor, 5 Desember 2018