Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Luka] Hanya Hadir Saat Hujan

11 November 2018   08:49 Diperbarui: 11 November 2018   08:52 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan Lek sangat menyukainya. Lemari adalah tempat perlindungan terbaik dari serangan luka oleh hujan. Pamannya tahu apa yang terbaik untuknya. Lek sangat berterimakasih telah dibuatkan lemari ini.

----

Hari sedang murung. Tak lama lagi sepertinya akan turun hujan. Lek menguatkan hatinya. Menemani bibinya yang sedang merajut jaket untuknya. Mungkin ini saat yang tepat bagi Lek untuk bertanya kepada bibinya kenapa Ia tak menyukai hujan, membencinya dan selalu ketakutan menghadapinya.

"Bukan salahmu kau tidak menyukai hujan nak. Sejak mula ini semua memang salah keluarga kami. Kau dilahirkan saat ibumu menghujani airmata pada keadaan. Ayah dan ibumu diusir oleh kedua keluarga karena sama-sama tidak direstui. Kau dilahirkan dalam keadaan mereka begitu papa dan sengsara."

Bibinya selalu menahan isak setiap kali bercerita tentang ini. Bibinya ini adalah adik dari ibunya yang sangat dekat dan tetap menjalin ikatan keluarga meskipun keputusan keluarga besar saat itu adalah menyingkirkan ibunya dari silsilah.

"Ayahmu membonceng ibumu dengan sepeda motor. Pergi ke rumah sakit dalam keadaan hujan deras. Malah seingat bibi, juga berbadai. Ibumu sudah dekat sekali dengan saat melahirkan. Ayahmu yang panik nekat membawa ibumu dengan sepeda motor karena tidak ada uang sepeserpun di kantongnya untuk menyewa mobil."

Kembali bibinya menghela nafas panjang. Sepanjang kenangan duka yang membayang di matanya.

"Padahal nak, kakek dan nenekmu dari kedua belah pihak punya garasi besar di rumah mereka. Berisi mobil-mobil gagah yang seharusnya bisa mengantar ibumu ke rumah sakit dengan aman. Selain karena keangkuhan atas permusuhan kedua keluarga besar itu, juga sesungguhnya karena mereka tidak tahu keadaan ayah dan ibumu seperti apa. Mereka bertekad hidup sendiri.  Setelah diusir dan tidak diakui lagi sebagai keluarga."

Beberapa bulir airmata dibiarkan oleh bibinya yang telah mengasuhnya sejak bayi itu menelusuri pipinya yang cekung.

"Tidak jauh lagi dari gerbang rumah sakit, karena genangan yang ditimbulkan hujan, ayahmu tidak melihat lubang yang cukup dalam. Motornya oleng dan terjatuh. Tepat saat sebuah ambulan yang terburu-buru membawa pasien yang sekarat hendak memasuki gerbang rumah sakit. Sopir ambulance tidak bisa menghindari kecelakaan itu nak."

Kali ini bibinya mengalirkan sungai deras dari matanya. Tak henti-henti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun