Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sumpah Tak Terucapkan

25 September 2018   23:37 Diperbarui: 26 September 2018   00:03 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukan, itu sesungguhnya bukan perjanjian.  Dahulu kala mungkin itulah yang disebut sumpah tak terucapkan.

Dari seekor serigala kepada purnama yang telah menjadikan dirinya hulubalang malam bagi kerajaan yang tak pernah didirikan namun berkuasa penuh atas rahasia kegelapan.

Dari seekor elang kepada udara yang mengasah sayap-sayapnya hingga bisa digunakan untuk menukik dan menjulang hanya dalam sepersekian detik untuk membuktikan siapakah yang berhak berjulukan panglima atas perburuan.

Dari setangkai bunga kepada akar-akar yang menopangnya dengan kebesaran air dan kerelaan tanah dalam sebuah pengorbanan yang tak tertuliskan dalam satupun sejarah tentang kemenangan.

Serigala mencintai purnama, lebih dari sekedar sebuah cerita mengenai saga.

Elang mencintai udara, sedahsyat akhir cerita kematian setelah kehidupan saling berlaga.

Bunga mencintai akar, setulus hati seorang ibu yang menumpahkan air susunya tanpa menyebutkan sebuah harga.

Bukan, ini bukan sekedar sumpah tak terucapkan.  Ini lebih tepat jika disebut janji pada kebahagiaan.

***

Jakarta, 25 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun